Mengingat, perolehan data Jembatan Ampera sangat mudah karena banyak peneliti maupun akademisi yang menulis buku tentang objek diduga cagar budaya tersebut.
“Buku Jembatan Ampera sudah sangat banyak, saya kira tim tidak akan kesulitan lagi jika ingin mendata jembatan tersebut,” jelasnya.
BACA JUGA:Kunker ke Pagaralam, Kapolda Sumsel Ingatkan Personel Dua Hal Penting Ini
Sejarah Jembatan Ampera
Sejarah Jembatan Ampera yang berdiri sejak tahun 1962 hingga 1965 sudah sangat layak ditetapkan sebagai cagar budaya Palembang-Foto: Alhadi Farid/koranpalpres.com-
Data yang berkaitan dengan Jembatan Ampera memang sudah sangat banyak.
Dulu, nama jembatan ini bukan bernama melainkan Jembatan Soekarno sebagai bentuk terima kasih kepada presiden pertama di Indonesia tersebut.
Sebab pembangunan Jembatan Ampera memang dimulai pada masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tahun 1962.
BACA JUGA:Waw! Kunjungan Kerja Ke PALI, Kapolda Sumsel Berikan Pesan Ke Personel Dalam Hal Pengamanan Nataru
BACA JUGA:Terjun Ke Lapangan, Kapolda Sumsel Ingin Memastikan Hal Ini Berjalan Dengan Lancar di Prabumulih
Proses pembuatan Jembatan Ampera berlangsung selama 3 tahun hingga tahun 1965 dengan panjang 1.117 meter berada di atas Sungai Musi.
Pada tahun 1966 nama Soerkano diganti menjadi Jembatan Ampera yang merupakan kepanjangan dari Amanat Penderitaan Rakyat.
Perubahan nama jembatan karena masalah politik yang ada di tanah air saat itu.
Jembatan Ampera pada awal selesai pembangunan didesain bisa dinaikkan di antara dua sisi tiang.
BACA JUGA:Pendaki Dempo Diimbau Tidak Lewat Jalur Bukit Timur, Brigade Akan Kesusahan Menyusuri Jejaknya