Sementara itu, inisiator Kampung Dul Muluk Andi Pedo, mengaku prihatin dengan keberadaan teater Dul Muluk yang saat ini terasa asing di tengah masyarakat.
“Semua ada di Dul Muluk seperti seni teater, seni tari, musik, bela diri. Bisa dikatakan jika Dul Muluk ini merupakan seni tradisional yang komplit,” jelas Andi Pedo.
BACA JUGA:SELAMAT! Sharp Borong 6 Penghargaan Bergengsi di Penghujung Tahun 2023
BACA JUGA:PGN Tandatangani 410 BBTUD Kontrak Gas Bumi dari Blok Corridor Sumsel
Suasana diskusi Kampung Dul Muluk yang berlangsung di Tangga Takat--
Untuk itulah, inisiasi dari Kampung Dul Muluk untuk menjaga kelestarian seni tradisional sehingga bisa terus diketahui oleh masyarakat modern.
Dengan kata lain, generasi milenial yang ingin mengetahui sejarah atau hanya belajar kesenian Dul Muluk ada tempat yang dituju.
“Saya juga berharap adik-adik mahasiswa untuk menjadi kesenian tradisional Dul Muluk ini untuk dijadikan bahan skripsi. Kita berharap kesenian ini bisa terus dikenal oleh masyarakat,” harapnya.
Sejarah Dul Muluk
BACA JUGA:Wow! Ado Peningkatan Volume Lalu Lintas di Jalan Tol JTTS Ini
Dul Muluk tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak tahun 2013.
Seperti yang kami lansir dari laman Warisan Budaya Kemendikbud, Dul Muluk terbentuk awalnya hanya syair yang dilantunkan Wan Bakar.
Pada tahun 1854, Wan Bakar membacakan syair Abdul Muluk di dekat rumahnya kawasan Tangga Takat.
Agar syair terlihat menarik, Wan Bakar membacakannya dengan melakukan peragaan serta iringan musik gambus dan terbangan.
BACA JUGA:Eksplorasi Multicity Destinasi Seru Akhir 2023 ke Bangkok dengan Batik Air