Lagu-lagu itu sambung Ali Goik bukan berlirik irama Batanghari 9, bahkan liriknya banyak tentang kepedulian sejarah, sosial-budaya, dan lingkungan bercirikan Sumatera Selatan.
Namun irama dan tuner lagu-lagu tersebut tetap Batanghari 9.
“Ini sebenarnya kepedulian saya supaya irama Batanghari 9 tetap lestari dan didekati anak-anak muda,” cetus Ali Goik.
Ia kemudian menjelaskan berbagai irama Batanghari 9 mengikuti ciri khas landscape alam Sumatera Selatan.
BACA JUGA:1.602 Personel Polrestabes Palembang Siap Amankan Pemilu 2024
Jika di uluan Palembang tanah berawa maka irama dan syair Batanghari 9 dipengaruhi oleh kehidupan sungai ini seperti lagu Nasib.
Demikian jika lembah dan bukit, maka dipengaruhi oleh suasana lembah, bukit dan pegunungan, misalnya irama dan syair lagu Antan Delapan.
Mahasiswa Modnus Unsri sangat antusias mendengarkan berbagai narasi mulai dari struktur, bentuk, isi lirik berpantun, instrument dari Seniman Ali Goik.
Di akhir refleksi dan paparan, Seniman Ali Goik meminta beberapa mahasiswa yang pandai bergitar untuk mengikuti latihan yang diberikannya.
BACA JUGA:Peringati Harlah dan Hari Santri Nasional, LP Ma'arif NU Selenggarakan Turnamen Futsal
Salah seorang peserta Modnus PPM 3 Unsri dari Ilmu Hukum Universitas Pattimura, Gloria Maurina Revaya Kappuw mengomentari kemiripan musik Batanghari 9 dengan musik etnis di tempat tinggalnya.
Di Maluku tutur Gloria, ada musik etnis seperti ini, apalagi musik etnis Ambon yang berbasis pantai dan lautan.
Namun alat musik mereka sambung Ali lebih lengkap.
Selain gitar tunggal ada tifa, totobuang, jukulele dan hawaian.
BACA JUGA:Tim Penggerak PKK Banyuasin Berkunjung ke Kantor BKKBB RI, Ini yang Dibahas
Ditambah musik tiup seperti kuli bia dari kerang dan suling bambu.