BACA JUGA:Lowongan Kerja PT United Eguipment Indonesia
Bagi mempelai pria, seni bela diri memperlihatkan bahwa pria adalah kepala keluarga.
Untuk itulah, jawara yang disiapkan pengantin pria adalah jawara yang Tangguh dalam seni bela diri agar mampu melindungi istri dan anaknya kelak.
Baik jawara pengantin pria maupun wanita akan bertukar pantun.
Pantun yang kocak memberikan hiburan bagi tamu undangan yang hadir dalam prosesi pernikahan ini.
BACA JUGA:Rekomendasi 6 Film Netflix Buat Isi Libur Tahun Baru Bersama Keluarga, Seru Banget!
BACA JUGA:Intip Pesona Keindahan Bukit Sylvia yang Menjadi Daya Tarik di Labuan Bajo, Bukit Cinta
Bertukar pantun ini juga menyimbolkan bahwa diplomasi untuk mencapai mufakat.
Selama Palang Pintu berlangsung dilantunkan ayat Alquran dan shalawat yang menyimbolkan bahwa pengantin pria merupakan imam keluarga.
Dengan kata lain, pengantin pria harus paham dengan agama dan memiliki kewajiban untuk menuntun istri dan anak untuk tetap di jalan kebaikan.
Bertukar pantun ini tentu saja hanya sekedar simbol saja dan pada akhirnya dimenangkan oleh jawara dari pengantian pria.
BACA JUGA:Anniversary Ke-3 Tahun Komunitas PPKN Sumsel, Simak Baik-Baik Petuah Sultan Palembang Darussalam
Dengan demikian, pengantin pria dinilai sudah mampu melewati tantangan sehingga pintu bisa dibuka dilakukan prosesi pernikahan.
Sebenarnya, tradisi Palang Pintu bukan hanya kegiatan seremonial semata, namun ada pesan atau simbol landasan hidup dan pandangan masyarakat Betawi.
Mengingat, pengantin pria sebelum Palang Pintu dibuka hanya membawa sejumlah kebutuhan untuk diserahkan kepada keluarga Perempuan.