Banyak situs Buddha, termasuk candi-candi dan prasasti, yang sempat hancur dan baru digali kembali pada masa kolonial Belanda,” tambahnya.
Dr Panji menegaskan, berdasarkan sumber sejarah tertulis seperti prasasti abad ke-7, bukti kuat menunjukkan Palembang sebagai pusat pemerintahan Sriwijaya pada masa awal kejayaannya.
Sumber tertulis memiliki nilai sejarah yang lebih tinggi dibanding bukti yang lain.
"Prasasti-prasasti yang ditemukan di Palembang berasal dari abad ke-7, jauh lebih tua dibanding catatan yang ditemukan di wilayah lain,” jelasnya.
Namun demikian, ia tidak menampik kemungkinan bahwa Sriwijaya pernah mengalami perpindahan pusat kekuasaan pada periode selanjutnya.
“Mungkin saja pada abad ke-11 hingga ke-13, pusat pemerintahan Sriwijaya sempat berpindah ke Jambi, namun yang jelas, peradaban Sriwijaya bermula dari Palembang,” tegasnya.
Ia berharap perdebatan mengenai lokasi pusat Sriwijaya tidak sekadar menjadi klaim wilayah, melainkan didasari kajian ilmiah yang komprehensif.
BACA JUGA:Kritik Pedas Sejarawan Vebri Al Lintani Atas Lambannya Penetapan Cagar Budaya Kota Palembang
“Palembang adalah peradaban tertua Sriwijaya, sementara klaim bahwa Jambi adalah ibu kota Sriwijaya harus ditinjau ulang secara ilmiah dan proporsional,” pungkasnya.