PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Pemandangan yang tidak biasa terlihat saat petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Lahat memasang sejumlah plang nama jalan di setiap akses protokol maupun biasa.
Di plang-plang tersebut, pada bagian bawah tulisan nama jalan dengan menggunakan huruf abjad Latin terdapat tambahan tulisan nama jalan dengan aksara Kaganga atau Rejang.
"Keren luar biasa sekali, yang mana, akses jalan nama pahlawan dan mantan Bupati Lahat, ditambah dengan penggunaan tulisan Aksara Kaganga atau Rejang," sebut Kepala Dishub Lahat, Deswan Irsyad, Ahad, 7 Januari 2024.
Dia menambahkan, penambahan aksara yang asli berasal dari Sumatera bagian Selatan pada plang nama jalan ini mencerminkan kearifan lokal dan tidak melupakan perkembangan sejarah sehingga dipergunakanlah di nama jalan.
BACA JUGA:5 Tempat Makan Enak di Palembang, Sedia Menu Makanan Legendaris Sumsel
BACA JUGA:4 Makanan Legendaris Musi Rawas Utara, Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Penjajahan Belanda
"Ini merupakan bentuk kepedulian dan perhatian terhadap peninggalan nenek moyang kita dulu, selain juga instruksi langsung dari Pj Bupati Lahat untuk menonjolkan dari sisi pariwisata," paparnya.
Pria yang biasa disapa H Icad ini menerangkan, dengan begitu generasi muda tidak akan mudah melupakan warisan (legacy) tempo dahulu.
"Untuk terus kita jaga dan lestarikan sekaligus diperkenalkan ke masyarakat luas, kalau di Bumi Seganti Setungguan ini banyak sekali benda-benda pusaka dan bersejarah," tukasnya.
Terpisah, Tim Bupati Untuk Percepatan Pembangunan (TBUPP) Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mario Andramatik mengemukakan, legacy yang diwariskan oleh nenek moyang, tentunya menjadikan motivasi dan inspirasi bagi penerus bangsa di dalam melestarikan budaya.
BACA JUGA:Selama Libur Nataru Lalu, Nihil Kecelakaan Lalin di Wilayah Polres Ini
"Penggunaan tulisan Aksara Rejang atau Kaganga di plang nama jalan tersebut, menunjukan kepedulian serta apresiasi untuk menjaga apa yang telah menjadi peninggalan bersejarah," ucap Mario.
Suatu kehormatan, sambung Mario, usia aksara Kaganga yang telah ribuan tahun ini dimanfaatkan, untuk diperlihatkan dan dikenalkan kembali kepada masyarakat terutama anak-anak muda.