"Satgas Nataru juga menyiagakan 23 area operasi dan Posko Nataru yang tersebar di seluruh area operasi infrastruktur dan jaringan Subholding Gas serta Contact Center 24 jam dengan nomor 135," jelas Ketua Satgas Nataru SH Gas, Tatit Sri Jayendra.
BACA JUGA:Sanksi Tegas Dari Pertamina Bagi SPBU Yang Selewengkan Produk Subsidi di Palembang
Upaya pengamanan dan pengelolaan operasi selama Nataru juga diperkuat dengan sistem monitoring.
Dan pengendalian penyaluran gas di seluruh jaringannya secara realtime yang dapat dipantau melalui Integrated Monitoring Center (IMOC).
IMOC merupakan pusat monitoring subholding Gas yang terintegrasi, meliputi kegiatan monitoring operasional penyaluran gas bumi.
Monitoring kondisi infrastruktur fasilitas penyaluran gas bumi, dan pengelolaan keluhan pelanggan secara realtime.
BACA JUGA:Hisense Buat Terobosan Teknologi Layar Televisi Di Ces 2024
“Disisi lain ada peningkatan pemanfaatan BBG di SPBG yang dikelola oleh Gagas. Hal ini cukup menggembirakan dimana pemanfaatan gas bumi di sektor transportasi dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi dan dapat menjadi pilihan energi pada masa transisi energi saat ini,” ujar Ratih.
Menjadi catatan bahwa volume penjualan BBG selama masa Nataru meningkat 42% jika dibandingkan dengan volume pada periode nataru 2022.
Hal ini kemungkinan besar terjadi dengan meningkatnya mobilitas masyarakat selama masa liburan menggunakan angkutan umum.
Kendaraan pengguna Gasku yang mengisi di SPBG milik Gagas bervariasi yaitu bajaj, angkot, dan taksi selama nataru.
BACA JUGA:Smartphone Terlaris di Asia Tenggara, Realme C53 Hadir di Indonesia, Harga Mulai Rp2 Jutaan
Penjualan BBG di SPBG Pondok Ungu meningkat pada segi volume. Penyerapannya hampir seimbang antara taksi, angkot, dan bajaj.
Sedangkan di SPBG Bogor dan Klender, secara langsung dapat terlihat kendaraan yang mendominasi.
“SPBG Bogor didominasi oleh angkot, di SPBG Klender didominasi oleh bajaj,” ujar Direktur Utama Gagas, Muhammad Hardiansyah.