Ketemu ulama yang kaku katanya, langsung saja dikatakan haram ya haram. "Akhirnya Islam tidak dipakai setelah itu," katanya.
"Jadi ternyata tidak semua keharaman diucapkan hari itu, lembutkan hatinya, mereka akan tersampaikan sendiri berita haram itu, dan mereka akan menerima dengan keindahan dan kelembutan," jelasnya.
Ada juga katanya, orang yang suatu ketika datang, bajunya masyaAllah pas-pasan, ada seorang perempuan datang kesini dengan penuh masalah, dihalang-halangi santri, jangan masuk disini, kenapa roknya pendek, gak pakai bra.
"Orang datang kesini bukan orang baik semua, orang paling jahat pun boleh, yang penting pulang berubah, kan begitu. Kadang kita terburu-buru, haram-haram-haram-haram, apa itu," imbuhnya.
BACA JUGA:9 Kepala Daerah di Sumsel Terima Penghargaan Proklim 2023, Salah Satunya Pj Gubernur Agus Fatoni
Bahkan lanjutnya, kalau kita bertemu dengan orang yang melakukan kemaksiatan langsung kita hantam disitu. "Itu namanya sudah hawa nafsu, berikanlah kabar gembira dulu," ujarnya.
"Sebetulnya yang tidak menyakiti hati adalah dasar hati, dasar kecintaan. Kalau kita cinta, dakwa dibangun dengan cinta dan disampaikan dengan cinta, kita tidak menyakiti, sebab menyakiti bukanlah cinta. Jadi kita berusaha menyampaikan dengan terbaik sehingga ada hikmah," paparnya.
"Bahkan kita lakukan sapaan lebih kepada orang yang melakukan maksiat itu. Kelembutan sifat nabi ini harus dihadirkan, baru bisa ketemu," tukasnya.*