PALEMBANG, KORANPALPRES.COM – Para peretas atau hacker saat ini lebih memilih mencuri data korban ketimbang meretas ponsel atau laptop.
Para hacker itu yakin cara ini lebih sulit dideteksi oleh keamanan siber.
Melansir divisi layanan keamanan ofensif dan defensif IBM Consulting yakni IBM X-Force pada 2023, penjahat siber memilih untuk masuk ke akun pengguna daripada meretas jaringan perusahaan.
Cara itu dianggap lebih mudah, karena ada miliaran data kredensial dijual bebas di situs gelap.
Dari laporan IBM X-Force 2024 ditampakkan hacker yang masuk ke akun pengguna menggunakan data bocor naik 266%.
Data seperti email, akun media sosial, kredensial aplikasi messaging, detail perbankan, data dompet kripto, dan banyak lagi disusupi dan dibajak oleh mereka.
Adanya serangan siber dengan cara mencuri data korban ini pendeteksiannya lebih sulit karena tim TI perlu membedakan antara aktivitas pengguna yang sah dan peretas.
Dari laporan Cost of a Data Breach 2023 ditemukan bahwa pelanggaran yang disebabkan oleh kredensial yang dicuri atau disusupi penjahat siber membutuhkan waktu lama.
BACA JUGA:Pemerataan Jaringan Digital, Telkomsel Terus Berinovasi di Karang Jaya dengan 4G/LTE
Butuh sekitar 11 bulan untuk mendeteksi dan memulihkan akun.
Sedangkan, serangan peretas dengan modus menyebarkan ransomware ke jaringan perusahaan turun hampir 12% tahun lalu.
Ini karena mayoritas perusahaan enggan membayar atas data yang dicuri.
Sudah diperkirakan IBM X-Force pencurian data akan terus meningkat terlebih lagi dengan adanya AI generatif.
BACA JUGA:Pentingnya Kota Pagaralam Satu Data dan Pentingnya Data yang Terintegrasi