Lerch mengatakan, militer AS memandang Yaogan-41 dan Ludi Tance-4 sebagai lompatan kualitatif dalam kemampuan pelacakan dan penargetan.
Clayton Swope, mantan pejabat intelijen AS dan sekarang menjadi peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional memperkirakan Yaogan-41 memungkinkan pengawasan berkelanjutan.
Terutama terhadap Samudra Pasifik dan Hindia, Taiwan, dan daratan Cina.
“Dipasangkan dengan data dari satelit pengawasan Cina lainnya, Yaogan-41 dapat memberi Beijing kemampuan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengidentifikasi dan melacak objek seukuran mobil di seluruh kawasan Indo-Pasifik dan membahayakan banyak aset angkatan laut dan udara AS dan sekutu yang beroperasi di wilayah tersebut,” ujar Swope dilansir dari Space News.
Saat ini sebagian besar satelit penginderaan jauh beroperasi di orbit rendah Bumi atau Low Earth Orbit (LEO).
Itu untuk mendapatkan akses yang lebih murah dan resolusi yang lebih baik.
Namun gilanya Cina memilih berinvestasi pada GEO yang jauh lebih mahal.
Itu ditempatkan 22.000 mil di atas Bumi.
Swope menyatakan akan sulit mengidentifikasi secara tepat objek-objek kecil dari orbit GEO yang tinggi.
Namun jika ada objek tertentu yang menarik, Cina dapat menugaskan satelit yang terbang lebih rendah untuk melihat lebih dekat.
“Potensi masalah bagi militer AS adalah sensor optik seperti Yaogan-41, dalam kondisi tertentu, dapat mendeteksi pesawat siluman yang dirancang agar tidak terdeteksi radar. Jika tidak ada awan, Anda bisa melihat pesawat dengan kemampuan optik,” kata Swope.
Meskipun Pemerintah Cina mengatakan satelit SAR sebagian besar dirancang untuk penggunaan sipil, namun militer AS meragukan klaim tersebut.
BACA JUGA:Kenalkan Teknologi Telefoto Periskop Flagship yang akan Hadir di realme 12 Series 5G
Tentu hal itu mengingat kurangnya transparansi seputar aktivitas luar angkasa Tiongkok.