Tahir dan keluarga: US$ 4,5 miliar (Rp 70,66 triliun)
Dewi Kam: US$ 4,4 miliar (Rp 69,09 triliun)
Lim Hariyanto Wijaya Sarwono: US$ 4,0 miliar (Rp 62,81 triliun)
Djoko Susanto: US$ 4,0 miliar (Rp 62,81 triliun).
Prajogo Sempat Jadi Sopir Angkot
Nama asli pria ini adalah Phang Djoem Phen. Ia lahir di Kalimantan Barat pada 13 Mei 1944.
Tumbuh di keluarga yang kurang mampu, ia hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat menengah pertama atau SMP.
Saat pertama datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, ia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.
BACA JUGA:Berkunjung Ke Palembang, Capres 2024 Ganjar Pranowo Dihadiahi Sorban Oleh Pengusaha Kaya Haji Halim
Kendati demikian, Prajogo tidak putus asa dan memutuskan kembali ke Kalimantan untuk bekerja menjadi sopir angkutan umum.
Saat menjadi supir itulah, Prajogo bersosialisasi dengan Bong Sun On yaitu pengusaha kayu dari Malaysia pada 1960.
Ia diajak bergabung bersama Bong Sun On di PT Djajanti Group.
Dalam tujuh tahun mengabdi, dirinya naik jabatan menjadi general manager Pabrik Plywood Nusantara di Gresik.
BACA JUGA:Tecno, Perusahaan Teknologi Asal Cina Ini Dikabarkan Luncurkan Laptop Pertamanya di Indonesia
Beberapa lama kemudian, Prajogo Pangestu keluar dari pekerjaannya dan memulai bisnis perkayuan pada akhir 1970-an.