PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Danrem 044/Gapo, Brigjen TNI Muhammad Thohir S Sos MM menghadiri acara Sosialisasi Optimasi Lahan Rawa Tahun 2024 di Provinsi Sumsel.
Bertempat di The Zuri Hotel yang beralamat di Jalan Brigjen Dhani Effendi Palembang, Kamis 7 Maret 2024.
Lahan merupakan sumberdaya pokok dalam usaha pertanian pembangunan berkelanjutan, terutama pada kondisi bergantung pada pola pertanian berbasis lahan.
Provinsi Sumsel dengan luas wilayah 8.701.741 ha, masih sangat berpotensi untuk alih fungsi lahan yang menyebabkan makin sempitnya luas garapan.
BACA JUGA:Kabar Gembira! Istana Bangunan Bagikan Rezeki dan Hadiah di Bulan Suci Ramadan, Yuk Lihat
BACA JUGA:Prajurit Denzipur 14/GB Raih 3 Medali Emas di Kejuaraan Nasional Taekwondo Kapolri Cup
Yang berdampak pada tidak terpenuhinya skala ekonomi usaha tani, sehingga berakibat pada inefisiensi dan pada akhirnya menyebabkan menurunnya kesejahteraan petani.
Kegiatan Optimasi Lahan Rawa merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan lahan sawah pada lahan rawa melalui perbaikan infrastruktur lahan dan air.
Kegiatan Optimasi Lahan Rawa TA. 2024 di Prov. Sumsel dilakukan melalui pembangunan infrastruktur air dan lahan, mekanisasi pertanian pra tanam dan pasca panen, penyediaan sarana produksi.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel, Dr Ir H R Bambang Pramono M Si mengatakan pada sambutanya, pada sosialisasi ini, pihaknya akan mendengarkan dan menyimak serta berdiskusi tentang target optimasi lahan rawa.
BACA JUGA:Jelang Ramadan, Kodim 0408/BS Gelar Pasar Murah
BACA JUGA:Tingkatkan Keterampilan Prajurit, Korem 043/Gatam Gelar Latihan UTP Umum Teritorial dan Intelijen
Sementara itu, Pembicara, Dr Dede Sulaiman, Direktur PPL Kementan RI akan menjelaskan tentang apa itu opla, apa jenis pekerjaannya, apa batasannya bahkan waktu, sampai kapan harus bisa selesai.
“Tujuan utamanya adalah meningkatnya indeks pertanaman, lahan sawah yang biasa ditanami, baru bisa melakukan menanaman dua kali hanya 10 persen saja, Opla inilah jawabannya," uajrnya.
Penyebabnya adalah, karena tata kelola air belum mampu dilakukan oleh petani, bagaimana agar air jangan masuk ke lahan dan mengeluarkan kelebihan air di lahan, sehingga bisa ditamani dua kali.