Dengan bukti kekuasan Allah ini, Rasulullah diminta untuk memperhatikan kebesaran-Nya atas ciptaan Tuhan baik dengan mata maupun pikiran.
Hal ini bisa dilihat dari adanya matahari yang membuat terang benderang dan bulan membuat suasana menjadi gelap.
Dan jika Allah menghendaki untuk melakukan sebaliknya, niscaya Allah akan menjadikan bayang-bayang dan suasana itu tetap dan tidak begeser dari tempatnya.
BACA JUGA:Tak Capai Kesepakatan! Perseteruan Warga dengan PT Protelindo Makin Alot, Ini Tuntutan warga
Jika terjadi, semua makhluk hidup termasuk manusia akan menderita.
Fenomena alam inilah yang harus senantiasa menjadi renungan manusia bahwa di belakang semua Gerakan alam ini ada Allah yang berkuasa.
Oleh sebab itulah, orang dahulu menentukan sholat dilihat dari pengamatan gejala alam, salah satunya dengan melihat posisi matahari.
Selanjutnya berkembang dengan adanya Jam Istiwa yang biasa disebut tongkat Istiwa.
BACA JUGA:Pemkot Prabumulih Fokus Program Pangan Murah dan Tidak Gelar Pasar Bedug, Ini Alasannya
Tongkat Istiwa ini untuk melihat bayangan matahari untuk menentukan waktu sholat.
Masyarakat saat ini tidak lagi menggunakan tongkat Istiwa dalam menentukan waktu sholat, namun bisa melalui metode lain salah satunya ilmu Falak.
Ilmu falak menjadi tanda masuk waktu sholat.
Seperti yang kita ketahui, sholat merupakan suatu kewajiban bagi orang Islam yang sudah dewasa atau baligh.
BACA JUGA:Ramadan Penuh Berkah! 6 Ulama Al-Azhar Mesir Dakwah Keliling di Indonesia
Bahkan, selama manusia itu bisa bernafas makan melekat di dalam pundaknya untuk mengerjakan sholat.
Hal ini menunjukkan jika sholat merupakan kewajiban utama yang tidak bisa dihindari oleh umat Islam.