KORANPALPRES.COM – Mungkin saja di antara kita masih ada yang bingung mengenai waktu berpuasa, dari kapan sampai kapan.
Melansir bimbinganislam.com, Ustaz Arief Budiman Lc yang mengkaji Kitab Shifatu Shaum Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi wa Sallam Fi Ramadan, sampai kepada pembahasan tentang Waktu Puasa.
Diketahui, kitab ini ditulis oleh 2 murid utama Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani yakni Syaikh Salim bin Ied Al Hilali dan Syaikh Ali Hasan bin Al Halabi.
Seperti disinggung di awal bahwasanya waktu puasa artinya dari kapan sampai kapan melaksanakan puasa.
BACA JUGA:Raih Predikat Shidiq dan Syahid di Ramadan 2024, 2 Syaikh Ini Bagikan Tipsnya
Insya Allah, kita semua sudah mengetahui dan paham waktu puasa yakni sejak dari terbit fajar shadiq atau fajar kedua sampai terbenamnya matahari di waktu maghrib.
Nah, di kesempatan kali ini, Ustaz Arief Budiman akan mengulas asal mulanya bagaimana para sahabat radhiyallahu ‘anhum dahulu berpuasa.
Dia mulai menjelaskan dengan mendatangkan sebuah riwayat dalam Shahih Al Bukhari dari Al Bara’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, ia menceritakan:
Dahulu para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam apabila berpuasa dan tiba waktu berbuka, jika tidur sebelum berbuka, maka tidak diperbolehkan makan pada malam tersebut, dan ia harus berpuasa hingga keesokan harinya (sampai sore).
BACA JUGA:Beda Tata Cara Niat Puasa yang Wajib dan Sunnah, 2 Syaikh Ini Beri Penjelasan
BACA JUGA:Hukum Potong Kuku Saat Puasa Ramadan, Apakah Boleh dan Tidak Membatalkan Puasa?
Dan ini terjadi pada sahabat yang mulia yaitu Qais bin Shirmah Al Anshary radhiyallahu ta’ala ‘anhu.
Pada kesempatan puasa Ramadan, ketika tiba waktu ifthar (maghrib) Qais bin Shirmah Al Anshary mendatangi istrinya dan bertanya, “Apakah engkau mempunyai makanan?”
Istrinya menjawab, “Tidak ada, namun aku akan pergi mencarikan untukmu.”