“Tidakkah engkau memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu? Bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang? Sekiranya berkehendak, niscaya Dia menjadikannya (bayang-bayang itu) tetap. Lalu Kami menjadikan matahari sebagai petunjuk tentang bayang-bayang itu”
Melansir dari NU Online, berdasarkan tafsir wajiz surah menjelaskan ada 6 fenomena sebagai bukti kekuasan Allah yakni terjadinya siang dan malam, hujan, teduh, tidak tercampurnya air tawar dan asin serta terciptanya manusia dari air mani.
Dengan bukti kekuasan Allah ini, Rasulullah diminta untuk memperhatikan kebesaran-Nya atas ciptaan Tuhan baik dengan mata maupun pikiran.
BACA JUGA:Selama Ramadan Pemkot Pagaralam Punya Program Besemah, Apa Itu?
Hal ini bisa dilihat dari adanya matahari yang membuat terang benderang dan bulan membuat suasana menjadi gelap.
Dan jika Allah menghendaki untuk melakukan sebaliknya, niscaya Allah akan menjadikan bayang-bayang dan suasana itu tetap dan tidak begeser dari tempatnya.
Jika terjadi, semua makhluk hidup termasuk manusia akan menderita.
Fenomena alam inilah yang harus senantiasa menjadi renungan manusia bahwa di belakang semua Gerakan alam ini ada Allah yang berkuasa.
BACA JUGA:Buka Kegiatan Amaliah Ramadan, Pj Wako Pagaralam Sampaikan Ini
Oleh sebab itulah, orang dahulu menentukan sholat dilihat dari pengamatan gejala alam, salah satunya dengan melihat posisi matahari.
Selanjutnya berkembang dengan adanya Jam Istiwa yang biasa disebut tongkat Istiwa.
Tongkat Istiwa ini untuk melihat bayangan matahari untuk menentukan waktu sholat.
Masyarakat saat ini tidak lagi menggunakan tongkat Istiwa dalam menentukan waktu sholat, namun bisa melalui metode lain salah satunya ilmu Falak.
BACA JUGA:Promo Ramadan! PLN Tebar Diskon Tambah Daya Listrik Hingga 5.500 VA Hanya Rp202.403
Ilmu falak menjadi tanda masuk waktu sholat.
Seperti yang kita ketahui, sholat merupakan suatu kewajiban bagi orang Islam yang sudah dewasa atau baligh.