Melansir dari NU Online, berdasarkan tafsir wajiz surah menjelaskan ada 6 fenomena sebagai bukti kekuasan Allah yakni terjadinya siang dan malam, hujan, teduh, tidak tercampurnya air tawar dan asin serta terciptanya manusia dari air mani.
Dengan bukti kekuasan Allah ini, Rasulullah diminta untuk memperhatikan kebesaran-Nya atas ciptaan Tuhan baik dengan mata maupun pikiran.
Hal ini bisa dilihat dari adanya matahari yang membuat terang benderang dan bulan membuat suasana menjadi gelap.
BACA JUGA:Warga Muara Enim Serbu Sayuran di Pasar Murah, Ludes dalam Waktu 15 Menit
Dan jika Allah menghendaki untuk melakukan sebaliknya, niscaya Allah akan menjadikan bayang-bayang dan suasana itu tetap dan tidak begeser dari tempatnya.
Jika terjadi, semua makhluk hidup termasuk manusia akan menderita.
Fenomena alam inilah yang harus senantiasa menjadi renungan manusia bahwa di belakang semua Gerakan alam ini ada Allah yang berkuasa.
Oleh sebab itulah, orang dahulu menentukan sholat dilihat dari pengamatan gejala alam, salah satunya dengan melihat posisi matahari.
BACA JUGA:Kenalan Yuk dengan Organisasi FLP Cabang Empat Lawang, Informasi Selengkapnya Klik di Sini
Selanjutnya berkembang dengan adanya Jam Istiwa yang biasa disebut tongkat Istiwa.
Tongkat Istiwa ini untuk melihat bayangan matahari untuk menentukan waktu sholat.
Masyarakat saat ini tidak lagi menggunakan tongkat Istiwa dalam menentukan waktu sholat, namun bisa melalui metode lain salah satunya ilmu Falak.
Ilmu falak menjadi tanda masuk waktu sholat.
BACA JUGA:Kalapas Pagaralam Ikuti Pencanangan P2HAM Secara Virtual via Zoom Meeting
Seperti yang kita ketahui, sholat merupakan suatu kewajiban bagi orang Islam yang sudah dewasa atau baligh.
Bahkan, selama manusia itu bisa bernafas makan melekat di dalam pundaknya untuk mengerjakan sholat.