Peringatan dini di Sumsel ini hasil dari upaya perkuatan Sistem Peringatan Dini Multibahaya Geo-Hidrometeorologi.
BACA JUGA:Isi Kekosongan di Disdukcapil PALI, 3 Orang Pejabat Ikuti Proses Lelang
BACA JUGA:Umat Muslim Jangan Lupa Ya, Ini Besaran Uang Pengganti Beras Zakat Fitrah 2024
Sistem ini sudah dilakukan sejak tahun 2008 agar bisa memberikan peringatan cuaca ekstrem, tsunami maupun badai tropis.
Sistem ini memanfaatkan kecerdasan artifisal, internet of things dan big data dan lainnya.
Dengan sistem ini nantinya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dengan jangakauan yang luas.
Tak hanya itu, BMKG juga sudah menjalankan Project Indonesia Disaster Resilience Innitiative (IDRIP) sejak tahun 2022.
BACA JUGA:Berikut Jam Operasional dan Jadwal Sidang Pengadilan Negeri Kayuagung Selama Ramadan
BACA JUGA:Warga Muara Enim Serbu Sayuran di Pasar Murah, Ludes dalam Waktu 15 Menit
Proyek ini didanai Bank Dunia untuk memberikan peringatan dini tsunami hanya dalam waktu 3 menit setelah gempa bumi.
Begitu juga dengan cuaca ekstrem bisa diketahui sejak 3 hari hingga 3 jam sebelum kejadian berlangsung.
Sementara peringatan dini anomali iklim bahkan bisa diketahui sejak 6 bulan sebelum kejadian dengan akurasi hingga 90 persen.
Dalam kesempatan yang lain, BMKG mengeluarkan update potensi hujan sedang hingga lebat di Indonesia.
BACA JUGA:Kenalan Yuk dengan Organisasi FLP Cabang Empat Lawang, Informasi Selengkapnya Klik di Sini
BACA JUGA:Kalapas Pagaralam Ikuti Pencanangan P2HAM Secara Virtual via Zoom Meeting
Dalam pemantauan tersebut, BMKG memprediksi potensi hujan sedang hingga sangat lebat terjadi di wilayah Kalimantan Barat (Putussibau), Papua (Tanah Merah) dan Sulawesi Tenggara tepatnya di Kendari.