https://palpres.bacakoran.co/

Membaurnya Etnis Tionghoa di Kampung Kapitan

Artikel Membaurnya Etnis Tionghoa di Kampung Kapitan ditulis Dosen FISIP UIN Raden Fatah Dr. Henny Yusalia--Sumber: Instagram/@farisyah_mu

BACA JUGA:Aturan Seragam Sekolah Baru 2024, Segini Biaya Beli Pakaian Adat di Pulau Jawa

Pendirian kampung dilakukan setelah Kesultanan Palembang resmi dinyatakan bubar tahun 1825, saat-saat dimana Belanda sudah mulai berkuasa di Bumi Sriwijaya.

Apa yang tampak pada kampung ini, berhasil membantah anggapan umum bahwa Tionghoa sulit bergabung dengan warga lokal.

Dengan kata lain selalu memiliki jarak yang tampak dari perilaku dan pemukiman yang dibangun. Tapi tidak di Kampung Kapitan.

Salah satu bentuk hubungan yang begitu rapat dan menyatu, tampak dari pelaksanaan ritual Sedekah Kampung.

BACA JUGA:Rekomendasi 5 Jenis Parfum Davidoff yang Memiliki Aroma Mewah!

Ritual ini rutin dilaksanakan setiap tahun menjelang masuknya bulan Ramadhan.

Sejatinya, jika dilihat dari sejarah pelaksanaan ritual ini, Sedekah Kampung sebetulnya bukan tradisi Tionghoa.

Jenis sedekah ini lebih dekat dengan budaya dan tradisi Hindu yang kemudian diadopsi ke tradisi orang Palembang.

Sedekah Kampung adalah acara doa bersama yang diikuti seluruh warga dengan tujuan meminta perlindungan dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa.

BACA JUGA:8 Rekomendasi Parfum Aroma Teh yang Kalem dan Menyegarkan!

Dalam pelaksanaannya dilakukan penyembelihan hewan tertentu (Kambing dengan warna putih hitam di pinggang), kemudian kepalanya di tanam di bagian belakang rumah.

Daging kambing kemudian diolah, dimasak, dan dimakan bersama warga.

Sebelumnya diadakan doa bersama untuk meminta keselamatan kepada Yang Maha Kuasa.

Intinya, ritual ini mirip dengan ritual Tolak Bala yang banyak diadakan warga di daerah lain.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan