Ikuti Kelas ‘Bebaso’ Palembang di Museum SMB II, Respon Ratusan Guru Sungguh di Luar Nurul
Sejarawan Palembang yang juga dosen UIN Raden Fatah Palembang Kemas Ari Panji menyampaikan materi dalam kegiatan Belajar Bersama Kelas 'Bebaso' Palembang di Museum SMB II.--ist
Bangunan pertama yang rampung pada tahun 1824 diberi nama Gedung Siput.
Belakangan sebuah bangunan kembali dibangun berupa gedung yang saat ini berdiri di situs tersebut.
BACA JUGA:Menggali Makna Historis Mengapa di Sumatera Selatan Banyak Rumah Panggung: Fakta Hingga Alasannya
Bangunan baru adalah bangunan batu dua lantai dengan desain perpaduan gaya Eropa dan arsitektur tropis Hindia.
Bangunan ini lebih berfokus pada gaya rumah bari tradisional yang banyak ditemukan di Palembang.
Pada tahun 1825, gedung itu digunakan sebagai kantor untuk residen kolonial.
Selanjutnya bangunan tersebut sempat direnovasi dengan penambahan lebih banyak kaca.
BACA JUGA:Wow! TRRK Kabupaten Lahat Bakal Disulap Jadi Lokasi Museum Bersejarah, Ini Penampakannya
BACA JUGA:Ujung Tombak Pelestarian Cagar Budaya, BPK Wilayah VI Puji Kinerja Juru Pelihara di Sumsel
Lantas bangunan tersebut dipakai sebagai markas militer Jepang selama Perang Dunia II.
Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung tersebut sempat menjadi markas besar TNI bernama Kodam II/Sriwijaya dalam waktu yang singkat.
Kemudian diserahkan kepada Pemkot Palembang sebelum akhirnya diubah menjadi museum pada tahun 1984.
Pengambilan benda-benda koleksi untuk Museum SMB II ini dimulai pada tahun 1984 ketika rumah bari diangkut ke lokasi baru.
BACA JUGA:CATAT! BPK Wilayah VI Sumsel Gelar Pameran Warisan Raso Sumatera Selatan, Ini Jadwal dan Lokasinya