Antologi Dari Awal Sebelum Akhir Kenangan Karya Merawati May, Anto Narasoma: Makna Tertentu dalam Majas Puisi
Antologi Dari Awal Sebelum Akhir Kenangan Karya Merawati May, Anto Narasoma: Makna Tertentu dalam Majas Puisi--kolase koranpalpres.com
maka aku kerapkali menghitung jumlah nadaMu lewat harkat dan keberkahan langkahku di akhir taburan pasir
2/
di antara embusan angin dan suara azan di ujung pelantang suara masjid itu, Kau seperti hari-hari yang kubaca lewat secarik kata-kata
lalu kuelus wajahMu lewat nada-nada rindu sebab getara vibrasi dalam alunan ayat-ayat suci itulah Kau kucium senapas dengan jiwaku
kecantikan siapa yang Kau lukis sebagai taburan rindu kepadaMu, kekasihku?
3/
Kekasih, aku kerap membayangkan jumlah kata setelah kearifan musafir ini mengikuti alur kalimat dalam firmanMu
lalu, ketika kurajut wajah sepenuh sujud ini, langit dan udara bebas adalah ruang sedalam keyakinan itu
sebab ketika ayat-ayat kugelar di dalam sajakku, tepian zikir menuliskan kisah antara ujudMu dari awal sebelum akhir
Bengkulu, 13 November 2024
Tampaknya keyakinan penyair terkait pengembaraan "jiwanya" dalam uraian hakikat dan makrifat begitu kuat.
Jadi, tak hanya dalam menerjemahkan nilai-nilai sosial saja, namun secara religiusitas, penyair Merawati May begitu kuat menafsirkan pencarian jati dirinya sebagai hamba Allah.
Justru secara kontotatif, pencarian jati diri itu ia simbolkan sebagai musafir yang mencari-cari hakikat diriNya melalui lantunan ayat-ayat suci (dalam lantunan ayat-ayat suci itulah Kau kucium senapas dengan jiwaku: syair di baris ketiga alinea keempat).
Dari ungkapan yang Merawati tulis itu, begitu terasa jiwanya untuk memahami antara kepribadiannya sebagai hamba (musafir) melalui kedalaman salat, sehingga terasa begitu dekat dan menciumNya.
Apakah sikap kita harus seperti itu jika merasa "rindu" kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala?