Mahasiswa Universitas Andalas ini Sindir Habis-Habisan Realita Rekrutmen Partai Politik di Indonesia
Artikel berjudul “Dinamika Rekrutmen Partai Politik di Indonesia pada Pemilu 2024” ini ditulis oleh Vivi Desrianti Putri, mahasiswa Ilmu Politik, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.--freepik
Banyak partai yang masih didominasi oleh keluarga-keluarga politik atau kelompok oligarki yang memiliki kendali besar dalam menentukan siapa yang diusung sebagai kandidat.
Hal ini menciptakan tantangan besar bagi demokrasi Indonesia, karena rekrutmen yang didominasi oleh kepentingan segelintir elit seringkali mengabaikan meritokrasi dan kurang memperhatikan kualitas kepemimpinan yang diinginkan oleh masyarakat.
BACA JUGA:Media Massa Punya Peran Aktif Luar Biasa dalam Pilkada 2024, ini Kata Mahasiswa Universitas Andalas
Politik transaksional juga masih sering terjadi, di mana kandidat-kandidat dengan akses finansial dan jaringan politik yang kuat memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan dukungan partai dibandingkan mereka yang mungkin lebih kompeten, tetapi kurang memiliki modal ekonomi.
Namun, pada pemilu tahun 2024 kita dapat melihat bahwa masyarakat Indonesia semakin kritis terhadap dinamika rekrutmen politik yang terjadi.
Dengan meningkatnya sosialisasi dan pendidikan politik, serta akses informasi yang lebih luas melalui media sosial, partai politik di Indonesia menghadapi tekanan untuk mengubah pola rekrutmennya.
Generasi muda yang paham akan teknologi, terutama generasi milenial dan Gen Z, memiliki preferensi politik yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
BACA JUGA:Meningkatkan Daya Saing Merek Lokal, Universitas Andalas Datangkan Entrepreneur Sukses Roby Rimeldo
Mereka cenderung mengedepankan isu-isu yang lebih substantif, seperti keadilan sosial, lingkungan, transparansi, dan kebijakan publik yang inklusif.
Ini mendorong partai-partai untuk mulai mengadopsi strategi baru dalam menjaring kandidat.
Pada pemilu 2024, terjadi fenomena meningkatnya rekrutmen kandidat dari kalangan non-politik, seperti profesional, akademisi, aktivis, serta tokoh masyarakat.
Partai-partai mulai menyadari bahwa kepercayaan masyarakat terhadap politisi tradisional cenderung menurun, terutama jika tidak diimbangi dengan kinerja yang memadai.
BACA JUGA:Wajib Simak! Mahasiswa Universitas Andalas Temukan Relevansi ESG dengan Industri 5.0