Bali dan Koh Samui Masuk dalam 15 Destinasi yang Patut Dipertimbangkan Kembali untuk Dikunjungi
Pulau Bali di Indonesia-Bali Tourism-
Sebetulnya pasca Covid memang geliat pariwisata Bali seperti banyak destinasi favorit lainnya sudah semakin membaik. Berbagai hal yang sempat menjadi hambatan seperti pembatasan kunjungan, menghindari pertemuan fisik dan beberapa pembatasan lainnya.
Butuh beberapa tahun untuk Bali untuk dapat kembali ke keadaan sebelum Covid. Namun, seperti dikemukakan di atas ada beberapa hal yang cukup dianggap mengganggu kunjungan wisata ke Bali.
BACA JUGA:Cuma di Sini! Makan Bakso Murah Meriah Serasa Berada di Pulau Bali, Kok Bisa Ya?
BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Bali: Ada Bali Aga, Bali Majapahit, Nyama Selam, dan Loloan
Meskipun kini pihak berwenang Indonesia telah menerapkan tindakan seperti melarang pembangunan hotel dan vila baru di pulau tersebut.
Koh Samui, pulau seluas 95 mil persegi di Teluk Thailand, telah lama populer dengan resor dan vila supermewahnya. Pulau ini menyambut 3,4 juta wisatawan tahun lalu, mencapai jumlah sebelum pandemi, dengan perkiraan peningkatan 10-20% pada tahun 2024.
"Koh Samui telah lama berjuang melawan kelebihan pariwisata, tetapi kekhawatiran berkembang tentang dampak musim baru The White Lotus yang tayang perdana pada tahun 2025," catat majalah itu.
Selain dua pulau terkenal dari Asia Tenggara itu, Kyoto dan Tokyo di Jepang juga muncul dalam Daftar Tidak Boleh Dilakukan tahun ini.
Kyoto terus bergulat dengan pariwisata yang berlebihan meskipun telah ada inisiatif seperti memasang kamera pengintai, menerapkan sistem pengiriman barang bawaan, dan memasang rambu-rambu untuk mengekang pelecehan.
Destinasi lain yang masuk dalam Daftar Larangan termasuk Gunung Everest , Agrigento di Italia, Kepulauan Virgin Britania Raya, Kerala di India, Oaxaca di Meksiko, dan Pantai Utara 500 Skotlandia.
Majalah itu memang kerap melakukan beberapa penilaian kritis terhadap beberapa destinasi wisata di seluruh dunia.
Majalah itu juga menekankan bahwa meskipun destinasi-destinasi ini terkenal karena keindahan dan makna budayanya, tekanan pariwisata menjadi tidak berkelanjutan bagi tanah dan masyarakat lokal.