Survei FixPoll, Toha-Rohman Dominasi Dukungan Pilkada Muba 2024
Toha-Rohman Unggul Berdasarkan Survei FixPoll di Pilkada Muba 2024 --
Seperti turbulensi komunikasi politik, dimana kampanye yang dilakukan oleh tim Lucianty-Syafaruddin pada awal November dinilai menjadi penyebab utama penurunan elektabilitas mereka.
Sebuah video viral yang menyatakan Lucianty “tidak korupsi” justru memicu masyarakat untuk memeriksa rekam jejaknya, yang kemudian mengungkap keterlibatannya dalam kasus korupsi di masa lalu.
BACA JUGA:Jabatan Pj Bupati Segera Berakhir, Apriyadi Siap Maju di Pilkada Muba 2024
BACA JUGA:Maju di Pilkada Muba 2024, Apriyadi Akui Sudah dapat Dukungan dari Parpol dan Masyarakat
“Pada bulan September-Oktober, hanya 36 persen masyarakat yang mengetahui bahwa Lucianty pernah terpidana kasus korupsi.
Namun, video tersebut membuat informasi ini menjadi lebih luas diketahui,” jelas Anas.
Selain itu adanya Sentimen Negatif Terhadap Kandidat dimana FixPoll mencatat bahwa 80 persen responden memiliki sentimen negatif terhadap kandidat dengan rekam jejak korupsi.
Informasi tentang kasus Lucianty ini memperburuk citra pasangan tersebut dan menyebabkan perpindahan dukungan ke Haji Toha-Rohman.
BACA JUGA:Jelang Pilkada Muba, Elektabilitas Apriyadi Kian Melesat, Ini Wajah-wajah yang Ramaikan Bursa Cabup
BACA JUGA:Survei Charta Politika Indonesia Sebut Duet Apriyadi-Toha Masih Unggul
Selain itu sisi efektivitas kampanye lawan dimana pasangan Haji Toha-Rohman berhasil memanfaatkan momen ini dengan memperkuat narasi mereka sebagai pilihan bersih dan amanah, yang resonan dengan mayoritas pemilih.
Dan tren Survei FixPoll dari September hingga November menunjukkan September 2024: Lucianty-Syafaruddin unggul dengan 58 persen sementara Haji Toha-Rohman hanya meraih 32 persen.
Lalu Oktober 2024: Dukungan untuk Lucianty-Syafaruddin turun menjadi 50 persen, sementara Haji Toha-Rohman naik menjadi 38 persen dan November 2024: Haji Toha-Rohman melesat ke 55,1 persen, sementara Lucianty-Syafaruddin turun ke 42,2 persen.
Muhammad Anas menegaskan bahwa perubahan perilaku pemilih ini dipengaruhi oleh dinamika komunikasi politik di lapangan, terutama di era digital di mana informasi mudah diakses.