https://palpres.bacakoran.co/

Mengagumi dan Mengenang Sosok Proklamator Ir. Soekarno

Dalam mengagumi dan mengenang sosok Proklamator Ir. Soerkano memberikan makna istimewa dalam sejarah kebangsaan Indonesia--yt/ Hendri Teja

DALAM mengagumi dan mengenang sosok proklamator, Bulan Juni selalu memiliki makna istimewa dalam sejarah kebangsaan Indonesia.

Tanggal 1 Juni kita peringati sebagai Hari Lahir Pancasila, dan lima hari kemudian, 6 Juni, kita mengenang hari kelahiran sang penggagas Pancasila sekaligus Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Dua momen ini tidak bisa dipisahkan, sebab keduanya mengakar pada sosok yang sama—seorang pemimpin besar yang membentuk identitas dan arah perjuangan bangsa Indonesia.

Sejak muda, Soekarno telah menunjukkan keberaniannya melawan penindasan.

BACA JUGA:Hari Cuti Bersama, Bupati Banyuasin Askolani Temui Gubernur Sumsel Herman Deru, Bahas Apa?

BACA JUGA:JisuLife Hadir di Indonesia, Solusi Kipas Portabel Premium Untuk Iklim Tropis Indonesia

Ia keluar-masuk penjara kolonial, dibuang ke pelosok negeri, namun semangat perjuangannya tak pernah padam.

Gagasan-gagasannya tentang nasionalisme, sosialisme, dan internasionalisme menjadi pondasi gerakan kemerdekaan Indonesia yang tidak hanya bersenjata, tetapi juga berideologi.

Soekarno bukan hanya tokoh sejarah, ia adalah arsitek ideologis Indonesia modern.

Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, dengan keberanian dan kejernihan pikir, ia menyampaikan pidato monumental yang kemudian dikenal sebagai cikal bakal lahirnya Pancasila.

BACA JUGA:Tips Lengkap, Aksesori Penting untuk Mobil Listrik Agar Berkendara Lebih Nyaman

BACA JUGA:Ditemukan Mobil Terbalik di Jalan Raya Tanjung Raja-Cinta Manis Ogan Ilir, Ada Kaitan Penangkapan Sang Bandar?

Lima sila yang ia tawarkan bukan sekadar kompromi politik, tetapi hasil perenungan panjang atas realitas Indonesia—bangsa yang majemuk namun ingin hidup dalam kesatuan dan keadilan.

Pidato itu menjadi tonggak penting, karena di tengah ancaman perpecahan dan kolonialisme, Bung Karno menawarkan jalan tengah yang mengakomodasi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan