Berkaitan Hari Bahasa Ibu Internasional, Bahasa Besemah Bisa Punah Jika Tidak Dijaga
Buku sastra tutur Besemah membantu pelestarian bahasa Besemah.-ldmedia-
PAGARALAM, KORANPALPRES.COM – Masih berkaitan dengan Hari Bahasa Ibu Internasional, para pencinta bahasa Besemah juga mempunyai kekhawatiran tersendiri.
Bahasa Besemah bisa saja punah ke depannya jika tidak dijaga dan dilestarikan dengan baik.
Seperti dibahas dalam grup Facebook Bahasa Besemah Mudirin (Besemu), admin dan pendiri grup Dr. Sutiono Mahdi mengangkat masalah tersebut.
Pakar Bahasa Besemah yang juga dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran itu mengatakan di Sumatra Selatan terdapat banyak bahasa daerah.
BACA JUGA:Dua Kata Ini Berasal dari Bahasa Besemah. Kamu Pasti tidak Akan Menduganya
Di antaranya adalah Bahasa Bangka, Bahasa Besemah, Bahasa Komering, Bahasa Lampung, Bahasa Lintang, Bahasa Ogan, Bahasa Palembang, Bahasa Ranau, Bahasa Rejang, dan Bahasa Saling.
Bahasa-bahasa ini masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari hingga saat ini sekalipun jumlah penutur atau pembicaranya terus berkurang secara drastis.
Bila melihat parameter penutur 500 orang atau kurang, bahasa Besemah, yaitu bahasa yang digunakan oleh masyarakat di sekitar Bukit Barisan, yaitu di Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Empat Lawang, Muara Enim, Komering Selatan Komering Ulu Selatan, Bengkulu Selatan, Kaur Bengkulu Selatan, dan Kabuputen Kalianda dan Way Kanan Lampung Selatan tidak termasuk ke dalam kategori bahasa yang terancam punah.
Itu karena penuturnya lebih dari 1.000 orang.
BACA JUGA:Akibat Anak Muda Kini Mengganti Istilah, Banyak Kosa Kata Bahasa Besemah Hilang
Akan tetapi melihat fenomena yang terjadi di kota Pagaralam atau Kabupaten Lahat, tidak sedikit orang yang mengkhawatirkan bahasa-bahasa itu akan segera punah, terutama disebabkan oleh dominasi pemakaian bahasa Palembang.
Sementara itu, sekalipun masyarakat dapat menggunakan bahasa Besemah dengan baik, namun banyak sekali kosa kata yang tidak dipahami oleh masyarakat, terutama oleh generasi mudanya.
Juga belum ada ketetapan resmi tentang sistem tulis-menulis bahasa daerah itu, sehingga cukup beralasan beberapa kalangan sangat mengkhawatirkan bahwa bahasa Besemah sudah di ambang kepunahan.
“Sehubungan dengan hal itu, sudah saatnya pemerintah-pemerintah daerah, lembaga-lembaga terkait, dan orang-orang yang peduli pada bahasa dan budaya Besemah perlu segera mengambil beberapa kebijakan guna menyelamatkan, melestarikan, dan mengembangkan bahasa dan budaya Besemah dengan berbagai cara,” kata Sutiono.