Waspada Bencana Puting Beliung di Masa Pancaroba, Musim Hujan Bahaya Mengintai
Masuk masa pancaroba, dari periode peralihan musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya harus waspada, seperti potensi bencana angin puting beliung-Foto:freepik-
PALEMBANG, KORANPALPRES.COM – Masuk masa pancaroba, dari periode peralihan musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya harus waspada.
Terlebih potensi bencana angin puting beliung di musim hujan mengintai.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawat mengungkapkan, saat ini tengah memasuki pancaroba jadi mengingatkan warga untuk meningkatkan kewaspadaan pada periode Maret hingga April ini.
"Antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," jelasnya dari berbagai sumber.
BACA JUGA:Antisipasi Banjir, Tanah Longsor dan Angin Puting Beliung Kodim 0420/Sarko Apel Siaga Bencana
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG, lanjutnya, saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan Indonesia.
Untuk itu, hal ini mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April 2024 ini.
Dikatakannya, adalah salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.
Dimana hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.
BACA JUGA:Bantu Korban Puting Beliung, Polres Pagaralam Lakukan Hal Ini
Kemudian, masih kata dia, untuk karakteristik hujan pada periode ini, yaitu cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.
Jadi, apabila kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil, potensi pembentukan awan konvektif seperti awan cumulonimbus (CB) akan meningkatkan.
"Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas," paparnya.
Lanjut dia, untuk curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor.