Ratusan Mahasiswa UIN Surakarta Tidak Melihat Hilal Ramadan 2024, Ini Sebabnya
Rukyatul Hilal bersama mahasiswa Fasya UIN Raden Mas Said Surakarta mengenalkan alat rukyat dan memberi penguatan aspek pembelajaran materi dan teknik rukyat.--kemenag.go.id
Observatorium Al-Hilal memiliki lintang -7˚ 33’ 32,88” dan bujur 110˚ 44’ 04,45” serta tinggi tempat 126 Meter DPL.
Menurut Nashiruddin, pemantauan hilal (Rukyatul hilal) oleh Obsevatorium Al-Hilal ditujukan untuk mengamati ambang visibilitas (kenampakan) bulan sabit sebagai penanda awal Ramadan 2024.
BACA JUGA:Wapres Minta Masyarakat untuk Dapat Menghormati Perbedaan Penetapan Awal Ramadan
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 29 Syakban yang bertepatan 10 Maret 2024, mulai sore hari hingga matahari terbenam.
Sabit bulan yang tampak pada tanggal tersebut di Observatorium Al-Hilal dikenal sebagai hilal.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan telescope kemudian citra ditangkap oleh kamera yang kemudian di proses untuk meningkatkan kualitas tampilan bulan sabit.
“Citra hilal tersebut tidak telihat dikarenakan irtifa’ hilal masih dibawah 3̊ sehingga hilal-pun tidak terlihat,” sebut Nashiruddin.
BACA JUGA:Amalkan Doa Ini Saat Masuk Awal Ramadan, Begini Kata Ustad Adi Hidayat
BACA JUGA:Penetapan Awal Ramadan Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi Kemungkinan Besar Juga Berbeda
Selain memberi pengalaman, Rukyatul Hilal bersama mahasiswa Fasya UIN Raden Mas Said Surakarta juga bertujuan mengenalkan alat rukyat serta memberi penguatan aspek pembelajaran materi dan teknik rukyat.
Dengan begitu, mahasiswa mengetahui alat rukyat, materi serta teknik rukyat dan mampu melaksanakan rukyatul hilal.
“Kegiatan ini juga bisa sebagai sarana publikasi dan sosialisasi kegiatan observatorium Al-Hilal Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta,” pungkas Nashiruddin.
Ratusan mahasiswa Fasya UIN Raden Mas Said tampak antusias mengikuti rukyatul hilal.
BACA JUGA:Bijak Menyikapi Potensi Perbedaan Awal Ramadan, Menag Terbitkan Surat Edaran Ini