Bolehkah Salat Tahajud Lagi Setelah Salat Tarawih dan Witir? Ini Penjelasannya
Salat witir bisa dilakukan pada awal, tengah, dan akhir malam.-masjidkita-
BACA JUGA:Sekda Sumsel Salat Tarawih Bersama Bank Sumsel Babel: Meningkatkan Keimanan dan Silaturahmi
Berdasarkan kutipan hadis yang lain, ‘Aisyah juga mencatat bahwa Rasulullah saw melaksanakan Salat malam antara Isya dan Subuh sebanyak sebelas rakaat.
Beliau mengucapkan salam pada setiap dua rakaat, menciptakan formasi Salat yang terdiri dari sepuluh rakaat, dan diakhiri dengan witir satu rakaat.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ
Dari ‘Aisyah (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw melakukan salat antara Isyak dan Subuh sebanyak sebelas rakaat. Beliau mengucapkan salam pada setiap dua rakaat dan melakukan witir dengan satu rakaat [H.R ad-Darimi Nomor 1538].
BACA JUGA:Pj Gubernur Agus Fatoni Kompak Salat Tarawih di Masjid Ar-Ra'iyah DPRD Provinsi Sumsel
Salat Witir
Sedangkan dalil-dalil yang berkaitan dengan witir adalah sebagai berikut:
Dalam hadis Ibnu Umar ra,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Dari Ibnu Umar (diriwayatkan) dari Nabi saw, beliau bersabda: Jadikanlah akhir salat malam kalian dengan witir [H.R. Muslim nomor 1245].
BACA JUGA:Bolehkah Mengerjakan Salat Witir 2 Kali dalam Satu Malam? Ini Penjelasannya
Juga dari Jabir ra,
عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ خَافَ مِنْكُمْ أَنْ لَا يَسْتَيْقِظَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ ثُمَّ لِيَرْقُدْ وَمَنْ طَمِعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَيْقِظَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَإِنَّ قِرَاءَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَحْضُورَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ
Dari Jabir (diriwayatkan) dari Rasulullah saw, beliau bersabda: Barangsiapa di antara kalian khawatir tidak bisa bangun pada akhir malam hendaklah ia witir pada awal malam kemudian tidur, dan barangsiapa mampu bangun pada akhir malam hendaklah ia witir pada akhir malam, sebab salat pada akhir malam itu disaksikan. Itulah yang lebih afdal [H.R. Ibnu Majah nomor 1177].