50 Persen Warga Merapi Selatan Lahat Berkebun Karet, Selebihnya Berbagi Rata Kopi dan Sawit
Kabid Kelembagaan Disbun Lahat, Destiawati Kartika SP didampingi Camat Merapi Selatan, Sabarudin SE dan kades, berfoto bersama, Senin 13 November 2023.--disbun lahat for palpres.bacakoran.co
LAHAT - Lain halnya di Kecamatan Merapi Selatan, karakteristik lahan di areal ini lebih condong ke tanaman karet yang 50 persen warganya bergantung pada budidaya tersebut.
Sedangkan untuk kopi dan sawit mesti rela berbagi rata dan bisa dijumpai ketika memasuki pecahan dari Merapi Barat.
"Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, memang mayoritas penduduk disini beraktifitas nabah balam (mengambil getah karet)," terang Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Lahat, Vivi Anggraeni di sela sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan dalam rangka Pengembangan Komoditi Budidaya Tanaman Perkebunan di Kecamatan Merapi Selatan, Senin (13/11/2023).
Beberapa faktor penyebab rendahnya produktivitas karet salah satunya, kurangnya pemeliharaan, populasi tinggi dan penyadapan pada saat tanaman masih muda.
BACA JUGA:Masyarakat Merapi Timur Kepincut Budidaya Kelapa Sawit, Ini Solusi yang Ditawarkan Kadisbun Lahat
"Hal ini memicu pasokan getah karet yang dihasilkan berpengaruh. Sehingga produksi pun sedikit sekali apabila pekebun salah mengimplementasikan mekanisme penanam yang benar," sebutnya.
Nah, khususnya bagi tumbuhan karet yang memang memiliki daya adaptasi sangat luas.
Namun, daerah optimalnya haruslah memenuhi beberapa kriteria tertentu.
Daerah yang akan ditanami karet memiliki suhu udara kisaran 24-28 derajat celcius, curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun, dengan bulan kering selama 3 bulan, penyinaran matahari antara 5-7 hari.
BACA JUGA:Walau Harganya Fluktuatif, Pekebun Kikim Tengah Lahat Setia Tanam Kelapa Sawit dan Karet
Kemudian kelembaban harus tinggi, kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas, lalu tanah dengan pH 5-6 (batas toleransi 3-8), serta ketinggian lahan 200 mdpl.
Selain itu, sambung dia, ada beberapa faktor penyebab rendahnya produktivitas karet di Indonesia, disebabkan banyak tanaman tua yang belum diremajakan, bahan tanam dengan standar kualitas rendah.
"Teknik yang dipergunakan pun yang bukan dianjurkan, termasuk kurangnya pemeliharaan tanaman dan kebun," sebutnya.
Ia menerangkan, bibit karet sebaiknya hasil dari okulasi, untuk batangnya sendiri berupa klon dengan mata okulasi berasal dari kebun entres yang murni.