3 Dosen Muda Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Kaji Pendidikan Tinggi Disabilitas di Skotlandia

Dari hasil kajian 3 dosen muda Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar menunjukkan penyelenggaraan pendidikan tinggi di Skotlandia ramah disabilitas-Ist-

SKOTLANDIA, KORANPALPRES.COM – 3 dosen muda Ilmu Komuniasi Universitas Al Azhar Indonesia lebih dari satu pekan mengkaji penyelenggarakan pendidikan tinggi disabilitas di Skotlandia, khususnya di Universitas Edinburgh, 4-8 Maret 2024.

Kajian penyelenggaraan pendidikan tinggi disabilitas dari dosen asal Indonesia merupakan implementasi hibah bertajuk “UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant” dari British Council Indonesia.

Dalam kunjungan tersebut, dosen Ilmu Komunikasi ini disambut Professor Dr John Ravenscroft dan Elizabeth McCann dari Moray House School of Education and Sport (MHSES).

Dari hasil kajian ini, ada beberapa catatan penting yang disimpulkan dosen Ilmu Komunikasi dari Indonesia.

BACA JUGA:Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Palembang, Selasa 19 Maret 2024

Penyelenggaraan pendidikan tinggi disabilitas di Skotlandia memiliki regulasi yang jelas serta mendukung sinergi antar elemen dan fasilitas yang menunjukkan komitmen negara-negara maju terutama pendidikan tinggi yang inklusif dan ramah disabilitas.

Di Universitas Edinburgh (University of Edinburgh / UoE), Skotlandia misalnya, masalah ini sudah benar-benar ditangani secara terintegrasi dan terus menerus diinovasi.


Professor Dr John Ravenscroft saat memaparkan materi penyelenggaraan pendidikan tinggi disabilitas di Negara Skotlandia-Ist-

"Di Skotlandia, kalau sekolah atau kampus menolak calon mahasiswa disabilitas itu termasuk pelanggaran, ilegal. Jadi, mau tidak mau harus dan karenanya, perguruan tinggi dan sekolah tidak bisa bekerja sendirian,’’ kata Cut Meutia Karolina yang berkunjung ke Edinburgh bersama Edoardo Irfan dan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Gusmia Arianti.

Menurut Gusmia, kegiatan bersama dan kunjungan ini sangat penting bukan hanya bagi UAI, tapi untuk pendidikan tinggi di Indonesia secara umum.

BACA JUGA:10 Takjil Menggugah Selera Salah Satunya Cilok Kuah Kacang Bikinnya Mudah, Rasanya Sedap Sekali!

"Buat kami, ini merupakan bekal penting mempersiapkan diri sebagai kampus ramah disabilitas. Kelak, kami juga bisa sharing ke masyarakat luas. Kami belajar kepada institusi yang tepat karena MHSES kan ranking satu di Skotlandia dan peringkat ke-13 dunia untuk subjek pendidikan," kata Arianti, Kaprodi Ilkom UAI.

Edo, sapaan Edoardo Irfan, juga mengamini hal ini. Di Skotlandia, Edo melihat pendidikan tinggi ramah disabilitas lebih dari sekadar pelaksanaan regulasi.

"Mereka sudah lama melakukan ini dengan serius, fokus, dan sinerginya dengan para stake holder luar biasa. Sehingga pendidikan inklusif itu benar-benar jadi budaya," kata Edo.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan