Beberapa anak “jeme pasar” istilah yang merujuk masyarakat yang tinggal di perkotaan saat bergabung dalam sebuah acara semacam pernikahan atau hajatan lainnya seringkali tidak terlalu paham percakapan anak-anak yang berada di pedesaan.
Yudi, salah seorang tua merasakan hal itu. Suatu ketika ia mengajak keluarganya menghadiri acara pernikahan saudaranya di desa.
Saat itu anak-anaknya seperti umumnya anak-anak akan cepat bergaul dengan sesamanya.
Percakapan antara anak-anak itu ternyata meskipun terlihat komunikatif sering membuat bingung anaknya.
BACA JUGA:Pesohor Dunia Kagum dengan 7 Destinasi Wisata Indonesia, Indahnya Pesona Indonesia, Apa Saja?
Padahal mereka bercakap-cakap dalam bahasa Besemah.
“Anak-anak saya berbicara bahasa Besemah seperti umumnya orang di sekitar pasar berbicara. Ternyata banyak yang tidak mereka mengerti saat bicara dengan anak saudara saya di desa,” katanya.
Menyikapi itu, pemerhati bahasa termasuk Sutiono Mahdi mengatakan memang sudah selayaknya bahasa Besemah menjadi muatan local yang serius di sekolah.
Memang selama ini sudah ada atau sudah pernah bahasa Besemah menjadi pelajaran tersendiri di sekolah, tetapi kini tidak ada lagi.
BACA JUGA:Hoax! Dituding Lamban Tangani Truk Batubara Tergelincir, Ini Klarifikasi Pengelola SDJ
“Sebaiknya memang harus serius jika benar ingin dimasukkan ke mulok. Standar bahasa Besemah harus disosialisasikan dulu. Standar itu terutama penulisan bahasa Besemah itu. Karena ini penting, tulisan menjadi bahan untuk belajar lebih ilmiah. Kita harus bakukan itu,” ujar Sutiono.
Bahasa selain diwariskan secara lisan, juga bisa menjadi ilmiah dan dijadikan ilmu pengetahuan. Karena itu sudah saatnya Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serius menanganinya.
Jangan sekadar bikin wacana Bahasa Besemah akan dijadikan pelajaran di sekolah, tetapi standar Bahasa Besemah yang baku tidak pernah dibahas.