PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Protes atau unjuk rasa pro-Palestina mengganggu universitas-universitas besar AS. Hal itu memaksa beberapa sekolah memanggil polisi untuk membubarkan para demonstran.
Ketika sekolah melakukan tindakan keras, siswa memberi isyarat bahwa mereka siap menerima konsekuensi untuk mendukung tujuan mereka.
Di Los Angeles, para demonstran yang berlawanan bentrok secara fisik di kampus UCLA setelah melewati penghalang yang dimaksudkan untuk memisahkan mereka.
Pada saat bersamaan polisi menanggapi demonstrasi lain di USC semalam.
BACA JUGA:Ramadan Hampir Berakhir, Jangan Lupakan Anak-anak Palestina
Pejabat di Universitas Washington di St. Louis mengatakan lebih dari 80 orang ditangkap selama demonstrasi hari Sabtu, termasuk calon presiden dari Partai Hijau Jill Stein, menurut tim kampanyenya.
Di Universitas Columbia di New York, yang jadi pusat demonstrasi, pengunjuk rasa menuntut sekolah tersebut memutuskan hubungan dengan institusi akademis Israel.
Selain itu juga menarik investasi dari entitas yang terkait dengan Israel, seiring dengan meningkatnya jumlah korban tewas akibat pemboman Israel di Gaza.
Tuntutan serupa juga dilontarkan demonstran di kampus lain.
Universitas Politeknik Negeri California, Humboldt, meminta mahasiswa yang berpartisipasi dalam demonstrasi dan pendudukan setidaknya dua gedung untuk “meninggalkan kampus dengan damai.”
“Orang-orang yang menduduki Siemens Hall dan Nelson Hall East, atau berkemah secara ilegal di sekitar fasilitas tersebut, didesak untuk meninggalkan kampus dengan damai sekarang,” kata universitas tersebut dalam rilisnya Minggu malam.
Permintaan tersebut muncul sehari setelah universitas mengumumkan telah menutup kampusnya dan memindahkan kelas serta ujian jarak jauh hingga akhir semester karena protes.
Pihak berwenang menuduh pengunjuk rasa mencoba masuk ke gedung-gedung yang terkunci “dengan tujuan mengunci diri, merusak, atau mencuri peralatan.”
BACA JUGA:Genosida di Palestina Harus Dihentikan Karena Melanggar Hukum Etika, dan Norma