"Menurut saya jika ada konflik manusia dan gajah, maka harus dicari solusi budayanya yang pas,” ungkapnya.
Vebri menambahkan, pihaknya akan mencari akar masalah gajah yang sering menjadi persoalan di tengah pemukiman masyarakat Air Sugihan terlebih dahulu.
Lantaran menurut dia, selama ini yang justru kesan berkembang di lapangan bahwa persoalan konflik gajah dan manusia malam terkesan saling lempar tangan siapa yang pantas melakukan penanganan.
BACA JUGA:Night King! Review Jam Tangan Q&Q QB-12J, Kualitas Terbaik Harga Terjangkau
BACA JUGA:Harga 100-500 Ribu! Inilah 5 Rekomendasi Jam Analog Casio, Desain Klasik Modern
Oleh karena itu, tim Puskass melakukan kajian untuk mencari akar konfliknya sekaligus berbagai kearifan lokal tentang gajah sehingga pihaknya dapat memberikan saran-saran dalam penanganan gajah di sana.
“Sejak awal Maret kita telah mengumpulkan berbagai dokumentasi, dilanjutkan dengan studi lapangan dan berbagai wawancara dengan ahli dan masyarakat awam tentang gajah," timpal Ketua Tim Puskass, Dedi Irwanto.
Dedi menyebutkan, pihaknya akan mendokumentaskan dan menarasikan tentang kehidupan gajah, baik secara lintasan waktu di masa lampau ataupun di masa kini, termasuk penanganan gajah dari waktu ke waktu, khususnya gajah Palembang (gajah Sumatera),” ulas Dedi.
Dia mengimbuhkan, nanti pihaknya bakal menyusun buku pengetahuan tentang gajah Palembang lantaran keberadaan buku seperti ini terbilang masih langka dalam khazanah literasi di Sumatera Selatan.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Jam Tangan Couple Bagus Terbaru Tahun 2024, Buruan Ajak Pasangan Kamu Untuk Couplean!
BACA JUGA:7 Rekomendasi Jam Tangan Casio Terbaik Untuk Wanita Terbaru Tahun 2024
Karena menurut Dedi, minimnya literasi tentang gajah Palembang atau gajah Sumatera mengakibatkan pengetahuan publik tentang gajah mulai menurun.
“Buku hasil kajian ini juga sebagai upaya kita mengembalikan citra Sumatera Selatan sebagai tempat utama rumah gajah Sumatera," tegasnya.
Selama ini Lampung yang dikenal sebagai daerah gajah padahal gajah dari Lampung sebagian besar berasal dari Sumsel, terutama Air Sugihan sekitarnya yang digiring ke Lampung pada waktu Operasi Ghanesa,” timpal sejarawan Kemas AR Panji menutup pembicaraan.