Saat menyodorkan gagasannya tentang kreativitas sebagai basis ekonomi dan industri dalam bukunya berjudul “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” di tahun 2001, menurut John Howkins kreativitas dan pengetahuan akan menjadi aset utama dalam berbisnis.
Menciptakan ide dari kreativitas merupakan hal atau pekerjaan yang harus selalu dilakukan.
Perubahan bisnis dari sistem tradisional ke platform digital, makin mendorong implementasi gagasan tersebut.
BACA JUGA:Amankan Kunker Wapres di Babel, Ratusan Prajurit Turun Ke Jalan
BACA JUGA:Jalani Tes Kesampataan Jasmani, Polda Sumsel Langsung Umumkan Calon Taruna Yang Mendapatkan MS
Mengelola kreativitas dan inovasi menjadi variabel mutlak yang menjadi penggerak dunia industri dan bisnis.
Perkembangan bisnis saat ini menjadi manifestasi dari teori yang digagas Howkins di awal milenium ketiga.
Peluang bisnis kreatif yang terbuka lebar sangat menarik dan sayang untuk dilewatkan.
Namun demikian, bisnis kreatif membutuhkan pengetahuan dan keterampilan hybrid.
BACA JUGA:Semarak HUT Ke-74 IGTKI-PGRI Kota Palembang, Harapan Para Pejabat Tak Terduga
BACA JUGA:7 Produk Skincare untuk Kulit Sensitif Ampuh Cegah Iritasi dan Kemerahan
Bagaimana cara mengelola kreativitas menjadi inovasi dalam penciptaan sebuah produk atau jasa, hingga itu bisa diterima oleh calon pengguna (di pasar) dan dirasakan manfaatnya –dengan kata lain, mengubah ide kreatif menjadi “cuan”- menjadi tantangan bisnis kreatif.
Selain itu, penguasaan terhadap keterampilan menggunakan teknologi digital, serta cara beradaptasi dengan proses bisnis yang modern dan cepat berubah, menjadi faktor utama dan signifikan dalam kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis kreatif.
Hal ini menuntut adanya perubahan dan pengayaan dalam ekosistem bisnis dan industri, serta proses pemelajaran sebagai persiapannya di jenjang Pendidikan Tinggi saat ini.