Tenaga didiknya sambung Yosep, bisa dari Fortas, atau Dewan Kesenian di kabupaten dan kota, ada juga Koloni Teater Sumsel atau Katess.
“Saya pikir, setiap sekolah bisa minta bantuan dari mereka untuk menyiapkan pembina teater di sekolahnya,” cetusnya.
Ditanya soal anggaran dan besaran honor bagi pembina Teater di sekolah, Yosep memastikan, para kepala sekolah lebih mengetahui bagaimana caranya mengalokasikan dana pembinaan dan honor bagi pembina anak didiknya.
“Untuk menambah kelas dan bangunan saja ada alokasi dananya, apalagi biaya dan honor pembina seni di sekolah. Itu para kepala sekolah lebih tahu dari pada saya,” singgung Yosep.
BACA JUGA:Tertarik Temuan Prasasti Bukit Seguntang, Museum Negeri Sumsel Bikin Acara di Desa Ini
“Masalahnya sekarang, tinggal mau atau tidak?! PeduIi atau tidak? Itu saja! Kalau mau dan peduli, siapa saja bisa!” timpalnya.
Lebih lanjut, Yosep sangat mengapresiasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, melalui H Chandra Amprayadi, SH, Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel dan Taman Budaya Sriwijaya Palembang yang telah memberi kepercayaan kepada Fortas Sumsel untuk kerjasama dalam event ini.
Respon positif UPTD Taman Budaya terhadap event ini, menurut Yosep merupakan kehormatan bagi Fortas Sumsel.
Untuk mendapat kepercayaan dalam penyelenggaraan event ini masih kata Yosep, bukan hal mudah.
Sebab, keputusan menjalin kerjasama dengan Fortas Sumsel dipastikan melalui tahapan seleksi ketat, baik secara personal maupun kelembagaan.
“Kami dari Fortas sangat apresiatif terhadap Pak Chandra yang sudah memberi kepercayaan kepada kami untuk menjadi mitra dalam program ini. Harapan kami, ke depan program maupun kegiatan lainnya dapat tetap bersinergi,” pungkasnya. *