MURATARA,KORANPALPRES.COM - Akibat jembatan putus, 3 aktivitas utama warga Desa Tanjung Agung dan rumah rantau telah sangat terganggu.
Tiga aktivitas tersebut adalah pertanian, ekonomi, dan pendidikan.
Mengingat, mayoritas masyarakat setempat mata pencarian dari hasil tani, kebun karet, dan perkebunan kelapa sawit.
Selanjutnya masyarakat setempat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berbelanja keluar seperti pasar tradisional desa Lawang Rupit, pasar singkut Sarolangun Jambi dan pasar satelit di kota Lubuklinggau.
BACA JUGA:Jembatan di Muratara Putus, Masyarakat Minta Segera Dibangun: Biaya Hidup Makin Mahal Pak Bupati
Yang terakhir jembatan digunakan untuk anak anak sekolah setiap hari untuk berangkat sekolah seperti tingkat SMP dan SMA.
Jembatan yang putus pada awal tahun 2024 ini tadi merupakan akses utama masyarakat setempat.
Selain aktivitas benar terganggu, ketidak adanya jembatan juga menambah biaya hidup desa setempat.
"Kami meminta jembatan secepatnya di bangun. Seraya menunggu jembatan yang permanen, jembatan belly itu lebih baik,"pinta warga setempat.
BACA JUGA:Banjir Bandang Kepung OKU, Pj Gubernur Sumsel Ajak 2 Pihak ini Urunan Bangun Jembatan Putus
Warga mengatakan, semenjak jembatan permanen putus aktifitas sehari-hari hingga biaya hidup menjadi mahal.
"Naik ketek 5ribu. Jika ada motor jadi 15ribu. Itu satu kali berangkat,"jelas warga.
Jembatan permanen di desa Sukamenang yang menghubungkan dua desa yakni desa tanjung agung dan rantau telang ambruk.