Selain itu, mereka pun harus mengantar besi yang sudah jadi pun berjalan kaki.
Bisa dibayangkan membawa besi dengan berat puluhan kilogram (Kg), ditopang dengan kinjar (keranjang) menempuh ribuan kilometer (KM) perjalanan.
"Betul, 3 peralatan tersebut memang peninggalan dari ayah, yang dulunya pandai besi, garis lurus dengan kakek berprofesi sama," tutur Yuri, Sabtu (11/12/2023).
Pria asal Desa Tanjung Dayang, Kabupaten Ogan Ilir (OI) ini menceritakan, dirinya bersama sang adik sudah di Kota Lahat semenjak 30 tahun yang lalu.
BACA JUGA:10 Makanan Yang Tidak Pernah Kadaluwarsa, Kok Bisa? Nomor 3 Malah Jadi Menu Sehari hari
Yuri merantau mencari nafkah untuk menghidupi keluarga.
"Sudah di sini sejak 1993, mulanya tempat usaha berada di atas, kemudian lahannya dijual untuk perluasan hotel, makanya kita pindah ke bawah," kenang Yuri.
Dia menuturkan, berbagai macam bentuk hasil karya tangan yang dibuat.
Sebut saja, pisau, parang, dodos dan lain sebagainya.
BACA JUGA:3 Hal Mendebarkan Setelah Manusia Dimatikan, Nomor Terakhir Paling Bikin Ngeri
"Dengan peralatan seadanya, saya mampu menyelesaikan pesanan dengan cukup baik, bahkan paling lama pengerjaan sampai sepekan," jelasnya.
Pembuatan ini masih kata Yuri, membutuhkan tenaga yang cukup besar.
Terlebih lagi, saat memompa angin supaya kobaran api tetap menyala, dengan temperatur sangat panas.
"Paling banyak tenaga ketika memompa api biar hidup terus dengan berbahan baku dari arang,” ulas Yuri.
BACA JUGA:Ini Adat Komering OKU Timur Yang Harus Dilestarikan Sebagai Warisan Nenek Moyang
“Tentunya kalau luka bakar sudah pasti ada, karena itu resiko dari pekerjaan ini," timpalnya.