Dalam proses peninjauan tersebut didampingi oleh Mathasan selaku Sekretaris Bujang Gadis Sungsang dan inisiator pembuatan sabun dari mangrove di Desa Wisata Sungsang IV.
Kepada Srikandi PLN, Mathasan mengungkapkan sabun mangrove yang dikembangkan masih melakukan produksi dan berjalan sampai dengan sekarang dan berharap adanya pendampingan lebih lanjut untuk perkembangan produk sabun mangrove ini.
“Untuk pembuatan sabun mangrove ini alhamdulillah masih berjalan, kita produksi tergantung permintaan dengan kisaran harga Rp 20.000,- per 500 ml satu botolnya. Kami juga berharap agar produk ini dapat ditingkatkan lagi dengan adanya pendampingan dari PLN” pungkasnya.
BACA JUGA:Banyak Dugaan Kecurangan PPDB 2024 Jalur Prestasi di Sumsel, Irjen Kemendikbud Ingatkan Ini
BACA JUGA:Polri Memastikan Bandar Perjudian Online Bakal Dijerat Pasal TPPU
Rossa Amelia selaku Srikandi PLN menjelaskan bahwa perlu adanya sertifikasi BPOM untuk produk sabun mangrove ini agar menjadikan status produk ini terjamin baik dari segi mutunya dan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk menggunakan produk ini.
“Kami sangat tertarik dengan sabun dari mangrove ini, perlu dilakukan perkembangan lebih lanjut kedepannya dan mungkin perlu juga ada sertifikasi BPOM nya supaya terjamin mutunya,” jelasnya.
Dalam proses peninjauan tersebut, bibit mangrove mulai tumbuh di sekitar bibir sungai di Desa Sungsang IV.
Dengan adanya pohon mangrove tersebut diharapkan dapat mengurangi pengikisan akibat arus sungai dan menjadi habibat bagi makhluk hidup yang ada di sekitar bibir sungai tersebut.