ESP berhasil memboyong 6 kali berturut-turut sebagai kota terbersih kategori kota metropolitan di Indonesia.
BACA JUGA:7 Jurusan Kuliah Punya Masa Depan Menjanjikan, Alumninya Dicari Perusahaan
Selanjutnya penghargaan Asean Enviromentally Sustainable City Award dari Hanoi Vietnam, beberapa kali meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional dan masih banyak lagi.
Di bidang lingkungan hidup, ESP berusaha mengatasi permasalahan banjir dengan membuat beberapa skenario mulai dari kolam retensi hingga sistem pompanisasi.
Kolam retensi yang diinisiasi ESP ditempatkan di beberapa titik sebagai penampung air hujan sehingga bisa memberikan jeda waktu pengaliran sehingga meminimalisir terjadinya banjir.
Begitu juga dengan usaha pengendalian banjir menggunakan sistem pompanisasi.
BACA JUGA:Ulasan Redmi 13 dan Spesifikasinya yang Biasa-biasa Saja
BACA JUGA:Pemkab OKU Timur Raih Penghargaan Kategori Daerah Produksi Ikan Patin Tertinggi Nasional
Saat itu belum ada kepala daerah di Indonesia yang memiliki inisiasi pompanisasi untuk menanggulangi banjir.
Air yang tergenang selanjutnya disedot melalui pompa dengan kapasitas besar untuk dialihkan ke Sungai Musi.
Strategi tersebut dilakukan ESP karena wilayah geografis Palembang yang rendah, ibarat kata seperti tempurung yang tergenang air di bagian tengah kota.
Hasil kerja ESP membuahkan hasil, meskipun intensitas air tinggi akibat curah hujan yang lebat, genangan air hanya hitungan menit.
BACA JUGA:Review Redmi Note 10 Pro, Harga Rp3 Jutaan dengan Spek Gacor Abis, iPhone Auto Ketar-Ketir
Tidak heran jika ESP dikenal sebagai bapak pembangunan karena saat itu Palembang banyak sekali perubahan dan kemajuan mulai pariwisata, transportasi, kesehatan, pendidikan sampai ke pengelolaan air minum.