Kata Vebri, infrastruktur dimaksud yakni ada tidaknya regulasi yang memayungi ekosistem theater.
BACA JUGA:Tampilkan Kesenian Spanyol dan Meksiko, Festival Sriwijaya 2024 Jadi Agenda Karisma Event Nusantara
BACA JUGA:Waduh! Puluhan Finalis Berguguran di Soal Ketiga Pada Grand Final Lomba Sang Juara ‘Payo ke Museum’
“Saat ini, kita regulasi belum ada, padahal itu sangat menunjang, jadi kalau regulasinya bagus maka ekosistem bekerja,” tambahnya.
Terlebih menurut Vebri, sumber daya manusia (SDM) di instansi terkait juga harus menunjang dan memiliki pemahaman terhadap theater.
“Selama ini kalau kita lihat kesenian itu cuma dipandang kecil sekali, ada seni tradisional, musik dan tari, sementara theater belum ada, jadi paradigma ini yang belum,” singgungnya.
Vebri mengaku selama ini pihaknya selalu berupaya mengetengahkan ekosistem theater agar mendapat pengakuan selayaknya.
BACA JUGA:Masih Banyak Warga yang Sanje Raye, Memanfaatkan Waktu Libur yang Sempit
BACA JUGA:Toron, Tradisi Unik Masyarakat Madura Menjelang Iduladha
Upaya itu imbuh dia, salah satunya dengan mengawal realisasi Perda Kesenian di kota Palembang yang tahun ini akan digodok.
Vebri juga menyatakan, pihaknya tengah memperjuangkan sarana dan prasarana seperti Gedung Kesenian tempat diskusi itu berlangsung.
“Ke depan Pemkot Palembang harus memikirkan bagaimana koneksi antara Dewan Kesenian, seniman dan instansi terkait bisa terkoneksi sehingga bisa harmonis dan bersama-sama membangun kesenian,” tandasnya.
Narasumber lainnya, Toton Dai Permana menilai ketika bicara ekosistem berkesenian sifatnya normatif dan tergantung daerahnya.
BACA JUGA:Museum Negeri Sumsel Telusuri Jejak Marga, SMB IV Dorong Pembuatan Perda, ini Pendapat 4 Akademisi
BACA JUGA:Geruduk Gua Jepang Terbengkalai di Palembang, AMPCB Sentil Perhatian Pemerintah
“Saya pikir sekarang sudah bagus, sudah lumayanlah, tapi itu tetap harus dibangun terus biar lebih kondusif,” ucapnya.