Para laskar pejuang kerap menggelar pertemuan di hotel tersebut untuk menyusun kekuatan merebut kemerdekaan.
BACA JUGA:Jadi Koleksi Kuno Kesultanan Palembang Darussalam, Ternyata Ini History di Balik Jubah Milik SMB II
BACA JUGA:Bertamu ke Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam, Pamen TNI ini Bikin Kagum SMB IV
“Hingga tahun 1947, laskar-laskar perjuangan kita kerap berkumpul dan menggelar pertemuan di sini,” beber Helmi dibincangi di kediamannya, Senin, 8 Juli 2024.
Sejak tahun 1960, hotel ini kemudian dijadikan rumah tinggal oleh orangtua Raden Helmi Fansuri.
Di zaman pendudukan Belanda, Helmi menyebutkan hotel ini dikenal dengan nama Hotel Palembang.
Karena pemiliknya adalah Raden Nangling, orang Palembang asli.
BACA JUGA:GAK NYANGKA! Jembatan Tertua di Musi Banyuasin Ternyata Dibangun Atas Ide Orang Belanda
BACA JUGA:Sudah Ada Sejak Masa Belanda! Bendungan Perjaya Jadi Sumber Kehidupan dan Rekreasi Warga OKU Timur
“Orang-orang Belanda mengenalnya dengan nama Hotel Palembang, pemiliknya Raden Nangling, orang asli Palembang,” cetus dia.
Hotel pertama di Palembang ini sambung Helmi, hanya ada 10 kamar, baik bagian atas dan bagian bawah.
“Kalau fasilitasnya hanya tempat menginap saja dalam arti tidak ada yang lain, para tamu hanya sebatas menginap saja di hotel ini,” imbuhnya.
Secara umum imbuh Helmi, pengunjung yang menginap kebanyakan orang Belanda.
BACA JUGA:Mengenal Norwegian Forest, Ras Kucing yang Pecinta Air
BACA JUGA:Jelang Pilkada OKI 2024, Demorat, Golkar, dan PKS Merapat ke Muchendi-Supriyanto
Walau demikian ada juga orang-orang pribumi, termasuk ada Kyai Bambu Seribu pernah menginap di hotel ini.