Terkhusus tamu hotel satu ini, Kyai Bambu Seribu menyisakan cerita menarik dan beraroma misteri.
“Kamar yang ditempati Kyai Bambu Seribu yang merupakan seorang ulama, tiap pagi tidak bisa dibersihkan oleh pegawai karena sudah rapi,” beber Helmi.
“Dan suatu malam sempat diintip, ternyata Kyai Bambu Seribu tidak tidur di situ, tidak ada Kyainya,” timpalnya.
BACA JUGA: Jam Tangan Nivada Menghidupkan Kembali Prototipe Tahun 1970-an dengan Chronosport Baru
BACA JUGA:Ini 10 Mata Uang Terkuat di Dunia pada Tahun 2024
Alasan kenapa Raden Nangling mendirikan hotel di lokasi tersebut, menurut Helmi lebih kepada orientasi bisnis.
“Iya lantaran zaman dahulu hingga zaman Belanda, di daerah 17 Ilir saat itu pusat perdagangan,” cetus Helmi.
“Kakek kita yang pertama mendirikan hotel pertama di Palembang ini,” tambahnya lagi.
Hanya saja masih kata Helmi, jika dilihat fisik bangunannya sekarang ini tidak lagi orisinil.
BACA JUGA:Benarkah TAG Heuer Mengambil Alih Sponsor Utama Formula 1 dari Rolex?
BACA JUGA:Nikmatnya Gak Main-main! Yuk Bikin Resep Nasi Goreng Kambing dan Tambahan Acar Timun
Pasalnya di tahun 1960, bentuk bangunannya sudah dirubah oleh orangtuanya yakni Raden Hamzah F Soetonelendro untuk dijadikan rumah tinggal.
“Setelah dijadikan rumah tinggal, sebagian di bagian lantai bawah direhab untuk menjadi toko-toko yang disewakan,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia merinci, bangunan eks hotel pertama di Palembang itu berdiri di atas tanah milik Raden Nangling yang luasnya sekitar setengah hektar.
Di bekas hotel ini sebut Helmi, orang-orang lain tidak bisa sembarangan untuk tidur.
BACA JUGA:Takut Meledak Pemulung di Musi Rawas Serahkan Benda Jaman Belanda Ke Polisi