Tidak berselang lama Pak Jokowi menjadi Presiden Indonesia dalam Kontestasi Pemilu, Partai pengusung utamanya adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Di bawah naungan PDIP inilah Pak Jokowi dan Anak menantunya diasuh serta dibesarkan.
Kehadiran Pak Jokowi disambut antusias masyarakat, karena masyarakat merasa belum puas dengan keadaan, belum sesuai dengan espektasi mereka.
BACA JUGA:Festival Teater Pelajar Kudus Kembali Hadir, Usung Tema Membaca Optimisme Realitas Sosial Hari Ini
Hal ini bisa kita maklumi karena Indonesia sangat lama merasakan ketidak adilan dalam berbagai sektor, seperti Keadilan, Hukum, Demokrasi, Ekonomi dan sebagainya.
Pak Jokowi dengan jargon nya yang membombastis, yaitu untuk memajukan Perekonomian Indonesia dan Kemakmuran Rakyat, sehingga masyarakat terbius dengan semboyan tersebut.
Ditambah dengan menggaungkan Revolusi Mental yang didaur ulang dari Ide lama yang digaungkan oleh seorang yang Revolusioner.
Ide yang begitu bagus, namun dalam perjalanannya banyak yang tidak terealisir, alias hanya sebagai semboyan belaka kepada rakyat.
Ketidak puasan sedikit demi sedikit menyeruak di tengah-tengah masyarakat, mulai dari adanya ketimpangan dalam kehidupan ekonomi, Hukum.
Sektor Tenaga Kerja, menggejalah dan merangkaknya naik harga kebutuhan bahan pokok masyarakat, terkhusus tentang harga sandang pangan.
Masyarakat gelisah, jika hal seperti ini terus berlanjut, maka penderitaan rakyat akan semakin mengangah, jurang Sikaya dengan Simiskin semakin tajam.
Hembusan "PERUBAHAN ", bermunculan, semakin deras terasa di tengah-tengah masyarakat.
Dari kegelisahan kegelisahanan mendengung dari hari ke hari, akhirnya mengkristal.
Kegelisahan inilah menjadi gayung bersambut dengan Visi, Misi, Ide, dan Gagasan yang tersimpan dalam benak Pak Anies untuk melakukan PERUBAHAN dan MENCIPTAKAN KEADILAN dalam berbagai bidang.