Nino dari ViaVia Bakery, sebagai salah satu pelaku bisnis yang sudah berkomitmen cage-free menyampaikan alasan mereka berkomitmen bebas sangkar.
“Selain karena konsep kami adalah eco-friendly, kami juga ingin memastikan produk kami bebas dari kekejaman terhadap binatang,” tegas Nino.
Setelah berkomitmen, dia mengaku mendapat respons positif dari konsumen.
“Tentunya mereka mau makan sesuatu yang membuat mereka nyaman dan senang, dan mereka menyukai produk telur cage-free,” tuturnya.
BACA JUGA:Hari Pertama Ngantor, Pj Bupati Muara Enim Henky Putrawan Tancap Gas Laksanakan Program Unggulan
Transisi dari kandang baterai ke bebas sangkar didorong oleh kesadaran pelaku usaha akan pentingnya kesejahteraan hewan, khususnya ayam petelur.
Saat ini, 2500 perusahaan makanan besar di seluruh dunia telah membuat komitmen untuk hanya menggunakan telur bebas sangkar dalam rantai pasoknya.
Sistem kandang sangkar atau lebih dikenal kandang baterai jauh dari 5 prinsip kebebasan hewan.
Di mana ayam yang berada di kandang baterai menghabiskan sebagian besar hidup mereka dalam rasa sakit.
BACA JUGA:5 Kampus di Indonesia yang Menawarkan Lulus Kuliah Tanpa Skripsi, Kampusmu Ada?
BACA JUGA:Kolaborasi Luar Biasa! Kejati Sumsel dan Palembang Ekspres Sepakat Sambung Hubungan Spesial Kembali
Riset pertama menunjukkan, mobilitas terbatas ayam petelur dalam kandang baterai memengaruhi perkembangan tulang ayam hingga sakit fisik.
Salah satu penyumbang terbesar terhadap rasa sakit dalam sistem kandang baterai adalah kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar bagi ayam.
Mulai dari tidak adanya sarang, tempat bertengger atau tempat istirahat dan tidur serta ruang untuk mencari makan.
Lalu Survei kedua menunjukkan mayoritas konsumen dunia termasuk di Asia mengkhawatirkan kesejahteraan ayam petelur.