Hal ini masih kata Adie, untuk mempermudah dalam pemberian informasi data kepada pengunjung.
Melihat peluang yang ada, Adie mengaku sengaja membuat aksi perubahan berupa teknologi digitalisasi kode QR (Quick Response).
Teknologi ini sendiri merupakan pengembangan dari barcode (kode batang) yang telah digunakan secara luas untuk berbagai keperluan.
Kode QR merupakan kode matriks yang diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan Jepang Denso-Wafe pada tahun 1994.
BACA JUGA:Museum Negeri Sumsel Telusuri Jejak Marga, SMB IV Dorong Pembuatan Perda, ini Pendapat 4 Akademisi
BACA JUGA:Beri Pemahaman Sejarah dan Budaya Ke Masyarakat, Museum Negeri Sumsel Gelar Seminar Hasil Kajian
“Karena begitu pentingnya koleksi yang ada di museum untuk memenuhi optimalisasi pelayanan dan kepuasan pengunjung maka akan dibuatlah label kode QR,” beber Adie.
Tolak ukur keberhasilan museum sendiri jelas Adie, dapat dilihat dari semakin tingginya tingkat kunjugan wisatawan lokal/nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Pengunjung rela berlama-lama jika mereka melihat koleksi yang ditampilkan sangat menarik apalagi ditunjang dengan kemudahan informasi data.
Termasuk kebutuhan kesenangan atau hiburan dengan disediakannya fasilitas publik.
BACA JUGA:6 Tahun Berturut-Turut Gelar Sang Juara, Museum Negeri Sumsel Semakin Dicintai Gen Z
BACA JUGA:Museum Masuk Desa, Cara Cerdas Pemprov Sumsel Lestarikan Warisan Sejarah dan Budaya
Terlebih, Adie menuturkan, tujuan yang ingin dicapai dalam inovasi ini secara umum adalah untuk mempermudah pemberian informasi data koleksi kepada pengunjung museum.
Keberhasilan aksi perubahan berupa inovasi ini secara keseluruhan akan berdampak pada Sistem Pengelolaan Koleksi yang berbasis digitalisasi.
Adie juga mengharapkan dapat memberikan manfaat serta dampak yang luas bagi masyarakat atau pengunjung museum.
Selanjutnya Adie menguraikan Sistem Informasi Kode QR menyajikan data dalam bentuk visual/grafis yang dapat dibaca mesin.