Di bidang lingkungan hidup, ESP berusaha mengatasi permasalahan banjir dengan membuat beberapa skenario mulai dari kolam retensi hingga sistem pompanisasi.
Kolam retensi yang diinisiasi ESP ditempatkan di beberapa titik sebagai penampung air hujan sehingga bisa memberikan jeda waktu pengaliran sehingga meminimalisir terjadinya banjir.
Begitu juga dengan usaha pengendalian banjir menggunakan sistem pompanisasi. Saat itu belum ada kepala daerah di Indonesia yang memiliki inisiasi pompanisasi untuk menanggulangi banjir.
Air yang tergenang selanjutnya disedot melalui pompa dengan kapasitas besar untuk dialihkan ke Sungai Musi.
Strategi tersebut dilakukan ESP karena wilayah geografis Palembang yang rendah, ibarat kata seperti tempurung yang tergenang air di bagian tengah kota.
BACA JUGA:Coba Rebut Simpati Prabowo, Eddy Santana Putra Paparkan Visi, Misi dan Program CERAH
BACA JUGA:Intip Program Cagub Sumsel Eddy Santana Putra, Sumatera Selatan Butuh Kemajuan!
Hasil kerja ESP membuahkan hasil, meskipun intensitas air tinggi akibat curah hujan yang lebat, genangan air hanya hitungan menit.
Tidak sebatas itu saja, ESP juga berhasil mengubah kawasan kumuh di sekitar Jembatan Ampera menjadi kawasan bersih.
Pencapaian kawasan kumuh menjadi bersih bukan perkara mudah, pemerintah daerah yang saat itu di bawah pengendalian ESP tetap berlangsung secara humanis.
Kedekatan dan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat sangat dibutuhkan dalam penataan kawasan tersebut.
BACA JUGA:Legacy Eddy Santana Putra di Palembang, Kini Maju PIlgub Sumsel 2024 Usung Sumsel Cerah
Hal itu pun berhasil dilakukan ESP dengan melibatkan organisasi masyarakat dan organisasi pemuda.