OGAN KOMERING ILIR, KORANPALPRES.COM - Tari Penguton merupakan tarian yang tumbuh besar di Kayuagung dan kemudian menjadi tarian penghormatan kepada tamu-tamu besar yang datang ke Komering Ilir.
Tarian ini merupakan warisan budaya takbenda dari Sumatera Selatan. Orang yang menampilkan Tari Penguton salah satu tarian Sekapur Sirih, berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) di Sumatera Selatan.
Tarian Penguton sudah ada sejak abad ke-18. Pada masa itu, tarian ini memiliki komposisi yang sederhana dan hanya sedikit gerak yang perlu diperhatikan.
Pola dan pergerakan lantainya sederhana karena keterbatasan peradaban manusia pada saat itu. Pada masa itu, Tari Penguton hanya diiringi tetabuhan yang menggunakan alat musik alam seperti kentongan kayu dan batok kelapa.
BACA JUGA:3 Tarian Tradisional Khas Sumatera Selatan yang Unik, Apa Saja?
BACA JUGA:5 Jam Tangan Mewah Incaran Para Crazy Rich, Harganya Tembus Hingga 1 Miliar, Tertarik Beli?
Di masjid-masjid, ini biasanya digunakan untuk mengumandangkan adzan dan untuk meratapi orang yang meninggal. Benda ini oleh masyarakat Kayuagung disebut dengan sebutan kelubkup.
Sejarah Tari Penguton
Tarian tradisional dari Ogan Komering Ilir adalah Tari Penguton. Ini adalah bagian dari adat menyambut tamu dan terutama berasal dari Marga Kayuagung.
Hal ini masuk akal mengingat namanya yang dalam bahasa Kayuagung berarti "Uton" (selamat datang).
BACA JUGA:Maarten Paes Man of The Match, Indonesia Kembali Raih Hasil Seri
Sifat resmi tari ini terdokumentasi dalam tulisan-tulisan Kayuagung kuno seperti Silsilah Hukum Adat Elit dan Hukum Adat Panda Kitbag yang diperkenalkan oleh Poyang Setiaraja dengan bantuan juru tulisnya Setiabanding Sugih.
Dalam tarian “Morge Siwe” diikuti sembilan orang. Tarian khusus Tari Gending Sriwijaya ini diyakini berasal dari daerah Sumatera Selatan.
Tarian Penguton Keluarga Pangeran Bakri menyempurnakan tarian ini pada tahun 1920 untuk menghormati Gouverneur Jenderal Limberg Van Stirem Bets, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, pada saat kedatangannya.