Tarian ini pertama kali dipentaskan pada tahun 1889. Sejak itu, tarian ini dipentaskan sebagai tari sirih kayuagung sekapur.
BACA JUGA:4 Fakta Menarik Ogan Komering Ilir, Punya Tradisi Pawai Pengantin Baru!
BACA JUGA:Jaga Netralitas Selama Pilkada 2024, Sekda Palembang Beri Saksi Tegas ASN ‘Nakal’
Tarian ini dibawakan oleh sembilan gadis cantik dari sembilan marga Kayuagung. Gamelan, gong, dan gendang digunakan sebagai musik pengiring perkusi.
Pada abad ke lima belas, utusan Patih Gajah Mada mengirimkan hadiah dari Kerajaan Majapahit.
Disebutkan, Presiden Soekarno sempat disambut barang antik tersebut saat kunjungan pertamanya ke Bumi Bende Seguguk pada tahun 1959. Pada tahun 1992, tarian ini distandarisasi sebagai tari sirih sekapur Kabupaten OKI.
Di masyarakat, tari penguton merupakan salah satu cara hidup yang mengungkapkan isi hati masyarakat setempat.
BACA JUGA:Dibuka Presiden Jokowi, PON XXI Aceh-Sumut Kawah Candradimuka Atlet Terbaik Bangsa
BACA JUGA:Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026: Timnas Indonesia Tahan Imbang Australia 0-0
Tradisi mengacu pada praktik sosial yang, dalam konteksnya, diterima sebagai standar. Karena tari Penguton mempunyai makna sakral bagi para pendukungnya, maka tidak semua masyarakat umum dapat menikmatinya.
Stratifikasi sosial merupakan akibat dari makna simbolis yang terkandung dalam peraturan tersebut.
Kesembilan penari yang membawakan tarian tersebut melambangkan sembilan marga yang ada pada masa itu.
Beberapa di antaranya adalah Kayuagung Asli (1), Perigi (2), Kotaraya (3), Kedaton (4), Jua-jua (5), Mangunjaya (6), Paku (7), Sukadana (8), dan Sidakersa ( 9).
BACA JUGA:Pilih Jurusan Sastra Korea? Nih Informasi Kuliah dan Prosprek Kerjanya, Pecinta K-Pop Tertarik?
Total penarinya ada sembilan orang, yaitu empat orang dayang (bertindak sebagai penari pengiring), satu orang membawa payung dan tombak, satu orang membawa tepak, satu orang membawa pridon, dan satu orang membawa kipas dan pridon.