Lalu bagaimana dengan tingkat kehidupan Rakyat Klas Bawah, kelompok inilah yang semakin tertekan.
Dalam keadaan Ekonomi Normal saja mereka sudah terhimpit serta berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Jika Klas Menengah Bagian Bawah saja rawan dan rentan menjadi Klas Rentan Miskin, maka kondisi Rakyat Klas Bawah semakin memprihatikan, jangankan untuk melanjutkan atau meningkatkan Pendidikan Anak-anak mereka, untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari saja menjadi persoalan besar.
Inilah yang harus menjadi renungan serta perhatian bagi kita bersama, terutama bagi Calon Kepala Daerah yang nantinya jika terpilih menjadi Kepala Daerah ( Gubernur, Bupati dan Wali Kota ) harus bekerja keras, dengan segala keprihatinan. Fokuskan serta perhatikan suasana Kebatinan Rakyat menjadi hal yang utama.
Kepala Daerah harus berpikir keras bagaimana menggali Sumber Pendapatan Daerah ( PAD ), tidak hanya menggantungkan Pembangunan Daerah dari Dana Pusat yang bersumber dari APBN.
Terutama bagi Daerah yang Kaya Sumber Daya Alam ( SDM ) nya.
Akan saya kerucutkan ke Daerah tertentu sebagai contoh saja, misal, Sumatera Selatan ( Sumsel ). Daerah yang sangat kaya dengan SDA nya, dengan berbagai sumber Tambang yang ada, seperti : Minyak, Batu Bara, Emas, Pasir Kuarsa walaupun masih Skala Kecil.
Ditambah lagi dengan adanya Perkebunan Berskala Besar, seperti; Kelapa Sawit, Abasia, Karet, Pabrik Pupuk, Pabrik Semen, dan Pabrik Kertas ( OKI PULP ) Terbesar no. 2 di ASIA dan lain-lain. Mempunyai Garis Pantai yang terhampar panjang, mengandung Sumber Kekayaan Ikan yang menggiurkan, bilamana dikelolah dengan baik dan penuh dengan keseriusan akan menjadi sumber PAD.
Berdasarkan Data Biro Pusat Statistik ( BPS ) pada Bulan Maret dan September 2023, bahwa Sumsel termasuk 10 ( sepuluh ) besar di Indonesia, Provinsi Termiskin dengan 11.78 % dari jumlah penduduknya yang hidup dibawah garis KEMISKINAN, dimana tingkat Kemiskinannya berada diatas 10 %.
Data BPS tersebut memunculkan pertanyaan, yaitu lari kemanakah hasil dari Bumi Sriwijaya, begitu tumpah ruah, namun Rakyat nya tergolong TERMISKIN. Melihat Data dari BPS tersebut, maka Kepala Daerah yang berada di Wilayah Sumsel, harus bekerja keras, berupaya dengan sekuat Daya untuk mengatasi Kemiskinan, jangan sampai menjadi Kemiskinan " KULTURAL ", yakni Kemiskinan yang sepertinya menjadi Budaya di dalam Masyarakat.
Jika sudah seperti itu, tak ubahnya seperti mengurai benang kusut, sehingga semakin sulit untuk mengatasinya. Maka ada baiknya para Pemangku Kepentingan di Sumsel yang akan datang menjadikan KEMISKINAN tersebut sebagai PROGRAM UNGGULAN untuk mengatasi Kemiskinan tersebut.
Kemiskinan akan banyak menimbulkan dampak buruk, antara lain : muncul nya Kejahatan, Pengangguran dan lain-lain.
Oleh karena itu jadikan TUGAS POKOK untuk mengentaskan Kemiskinan tersebut, sebelum terlambat.
Jangan sampai Kemiskinan menjadi Kemiskinan yang Menaon. Jadikan Data BPS tersebut sebagai Cemeti/Cambuk untuk berbuat kepada Rakyat Sumsel.