“Kita gunung tidak punya, air terjun tidak ada, laut apalagi, dibandingkan kota lain se-Indonesia, tapi kota Palembang ini yang berbeda adalah usianya yang tua, kota tua, itu yang tidak bisa dibantah,” tegasnya.
BACA JUGA:Sumatera Selatan Berduka! Seniman Legendaris Anna Kumari Tutup Usia, ini Profil Lengkapnya
BACA JUGA:Pagelaran Dulmuluk Bisa Jadi Media Sosialisasi, Kok Bisa? Ini Penjelasan Seniman Palembang
Dengan tuanya kota Palembang imbuh Yudha, inilah yang bisa dijual.
Maka larinya nanti ke seni dan budaya.
Untuk itu, apabila dipercaya memimpin Kota Palembang, Yudha berkomitmen menjadikan seni dan budaya itu sebagai jangkar utama pembangunan di Palembang.
“Itu yang akan kita jual, seni dan budaya di Palembang,” cetus Yudha yang pada Pilkada Kota Palembang 27 November 2024 nanti berpasangan dengan Baharudin.
BACA JUGA:Bukan Sembarang Ziarah! KOPZIPS Datangi Makam 4 Seniman Terkenal di Palembang
Yudha melihat selama ini tidak majunya seni dan budaya di Palembang lantaran pemerintah daerah tidak ada political will dan tidak tahu cara memonetisasinya.
“Penari kecak di Bali itu berduit, kenapa? Karena pemerintahnya mengerti cari duit dari kesenian itu, dibangunlah amphitheater di Bali,” ucap Yudha mencontohkan.
Lebih lanjut dia menyatakan setuju kalau seniman itu harus diberikan otonomi, diberikan otoritas untuk mengatur dirinya sendiri.
Dia mengkritisi saat Gedung Kesenian diberikan kepada seniman namun masih pemerintah yang mengaturnya maka tidak akan jalan.
BACA JUGA:Gunakan Dana Swadaya, Ada Besanjo Seniman di Gedung Kesenian Palembang
“Seniman ini ada bedanya dengan orang biasa, dia penuh otonomi, perlu diberikan kewenangan, seniman sendirilah yang mengurus gedung kesenian,” cetusnya.